kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Ada diskon saham Panin

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Senin, 03 September 2012 / 17:39 WIB
Ada diskon saham Panin

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Dengan menggunakan price earnings ratio (PER), KONTAN setiap hari menyajikan 10 saham termurah dan termahal, yang masuk dalam kelompok indeks LQ-45.

Ambil contoh minggu lalu. Di kelompok 10 saham termurah, PER berkisar 5,3 hingga 10,8, dengan nilai rata-rata 9,0, Rata-rata PER untuk kelompok saham mahal adalah 28,1, dengan kisaran 21,0 hingga 50,6.

Mengapa PER saham LQ-45 sangat bervariasi? Mengapa saham-saham termurah tidak diburu investor dan saham termahal masih ada yang membeli? Apa kelemahan PER untuk valuasi?

Tidak ada yang meragukan PER sebagai rasio terpenting dalam valuasi saham menggunakan kelipatan harga. PER disukai karena mudah dihitung dan diartikan. Selain praktis, PER juga dapat dianalogikan dengan periode modal kembali, atau payback, yang sangat populer sebagai kriteria investasi dalam aset riil. Dengan asumsi rasio pembayaran (payout) dividen adalah 100% dari laba bersih, investor yang membeli saham dengan PER 10, akan mendapat modalnya kembali dalam 10 tahun.

Namun, PER juga memiliki tiga kelemahan. Pertama, PER mengasumsikan tingkat pertumbuhan yang sama untuk semua emiten. Kenyataannya, tingkat pertumbuhan tiap emiten berbeda. Perbedaan ini yang menjadi alasan mengapa investor masih bersedia membeli saham dengan PER tinggi.

Kedua, PER mengabaikan perbedaan risiko yang dihadapi emiten. Baik risiko finansial akibat besarnya utang, maupun risiko usaha ataupun industri. Risiko-risiko ini dapat mengakibatkan penurunan laba bersih di periode mendatang, hingga PER akan meningkat, dan harga saham menjadi tidak murah lagi.

Ketiga, PER juga tidak memperhitungkan perbedaan payout dividen. Risiko besar, dan sangat rendahnya payout, menjelaskan mengapa saham PER rendah di BEI tidak dilirik investor.

Setelah PER, dalam metode kelipatan harga, kita mengenal price to book value (PBV), yang sering digunakan untuk valuasi saham dalam industri keuangan.

Saham dengan PBV tinggi dinilai mahal, dan sebaliknya. Investor bersedia membeli saham dengan PBV tinggi karena optimistis terhadap prospek emiten. Sebaliknya, investor pesimistis dan meragukan profitabilitas dan kelangsungan bisnis emiten dengan PBV rendah.

Jika menggunakan dua rasio utama dalam valuasi di atas, dari sekitar 11 grup keuangan besar di BEI, saham-saham Group Panin adalah yang termurah. Grup itu terdiri dari tujuh emiten. Masing-masing adalah Bank Panin (PNBN),  Panin Insurance (PNIN), Panin Financial (PNLF), Asuransi Multi Artha Guna (AMAG), Clipan Finance (CFIN), dan Verena Multi Finance (VRNA). PER rata-rata grup 4,4, dengan kisaran 2,3 - 7,1. Sedang PBV yang berkisar 0,2 sampai 1,6 dengan rata-rata 0,7.

Di sektor perbankan, PNBN hanya dihargai dengan PER 7,1 dan PBV 0,8, termurah untuk bank kelas menengah. Bandingkan rasio ini dengan rata-rata PER dan PBV 32 emiten perbankan, yang masing-masing 11,2 dan 1,9.

Dari seluruh saham bank, PER PNBN termurah keenam, dan PBV PNBN terendah keempat. Wajarnya harga PNBN adalah Rp 1.200 atau sekitar 1,4-1,5x PBV.

Sebagai analis fundamental, saya percaya, harga saham akan konvergen ke nilainya dalam jangka panjang. Namun, dalam jangka pendek, harga dapat menjauh dari nilainya karena pesimisme dan optimisme berlebihan para investor.

Di sektor asuransi dan investasi, tiga saham group ini juga mempunyai PER terendah pertama, kedua, dan keempat, yaitu PNIN, PNLF, dan AMAG yang masing-masing 2,3; 3; dan 3,8.

Jika menggunakan PBV, ketiganya menempati urutan termurah pertama, ketiga, dan kelima dari 11 emiten yang ada dengan nilai masing-masing 0,2; 0,5; dan 0,7. PER dan PBV rata-rata sektor asuransi masing-masing adalah 5,9 dan 1,0.

Demikian juga untuk sektor pembiayaan yang terdiri atas 13 emiten dengan PER rata-rata 9,1 dan PBV 1,2. Saham VRNA dan CFIN adalah yang termurah. PER dan PBV VRNA adalah 4,3 dan 0,6. Sementara PER dan PBV CFIN adalah 4,7 dan 0,7. 

Terakhir, masih ada saham PANS. Inilah saham Group Panin yang dihargai paling tinggi oleh investor dengan PBV 1,6 dan PER 5,8. PER PANS ini terendah dibandingkan 9 perusahaan efek lainnya.

Berbeda dengan enam saham Panin lainnya yang pelit dividen, PANS royal membagikan dividen dengan rasio payout 20%-45% dan yield 5%-7% per tahun.

Hingga beberapa bulan lalu saya memegang saham ini hingga 1.000 lot dan sebagian besar saya beli seharga Rp 450, pada 2008 lalu. Dari dividen yang dibagikan, dalam dua tahun lagi, saya sudah balik modal. Sementara dari capital gain, sampai minggu lalu saya sudah meraup 300% dari nilai investasi awal.

Namun, sama seperti Anda dan investor saham lainnya, saya tidak hanya mengalami untung, tetapi juga rugi. Dalam portofolio saya juga ada dua saham group ini yang masih merugi hingga saat ini, yaitu PNLF dan PNIN.

Persoalan kedua saham ini, hampir sama seperti empat saham Panin yang lain.  Kedua saham itu tidak membagikan dividen selama tujuh tahun terakhir, hingga investor mengganjarnya dengan PER dan PBV rendah.

Namun, memahami fundamental kedua emiten itu masih bagus, saya tetap optimistis akan kelangsungan usaha keduanya, hingga kerugian akan berubah menjadi keuntungan dalam 1-2 tahun ke depan. Jika Anda tidak siap rugi, jangan jadi investor saham.

 



TERBARU

×