kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Jatuh bangun Fao Schwarz dan Toys 'R' Us

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar, bisnis, berbasis di California.


Selasa, 05 April 2016 / 19:07 WIB
Jatuh bangun Fao Schwarz dan Toys 'R' Us

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Toko mainan anak-anak paling terkenal di dunia saat ini adalah FAO Schwarz. Jika Anda pernah nonton film yang dibintangi oleh Tom Hanks berjudul "Big", maka Anda pernah turut merasakan seperti apa toko tersebut yang dihiasi dengan mainan piano raksasa. Kini FAO Schwarz yang telah berusia 153 tahun tersebut hanyalah menjadi sebuah merek tanpa lokasi fisik.

Pada bulan Mei 2015, flagship store FAO Schwarz di Manhattan New York City telah ditutup. Berikutnya pada bulan Desember 2015, toko flagship mainan saudara kembarnya bernama Toys “R” Us di Times Square juga ditutup. Alasan penutupan memang klasik, yaitu tingginya harga sewa gedung.

Toys “R” Us New York City luasnya 110.000 kaki persegi atau setara dengan 10.220 m². Toko ini dihiasi dengan bianglala raksasa, rumah boneka Barbie raksasa, dan dinosaurus T-rex setinggi 20 kaki. Bisa dimengerti mengapa akhirnya dua flagship store di kota termahal dunia ini akhirnya tutup.

Sejarah Toys "R" Us, Inc dimulai sebagai retailer mainan anak-anak dan remaja di tahun 1948. Perusahaan ini bermarkas di Wayne, New Jersey. Saat ini, total ada 863 toko bermerek Toys “R” Us dan Babies “R” Us di Amerika Serikat, 740 di luar negeri, dan 245 toko berlisensi di 38 negara. Selain itu, juga retailer Toysrus.com, Babiesrus.com, dan FAO.com.

Pendiri Toys “R” Us adalah Charles Lazarus dengan toko furnitur bayi pertamanya bernama Children’s Supermart di Washington, DC di tahun 1948. Ia juga menerima order mainan untuk bayi dan anak-anak.

Tahun 1957, ia mulai berjualan mainan bayi dan anak-anak dengan merek Toys “R”Us di Rockville, Maryland. Kemudian pada tahun 1966, Toys “R” Us diakuisisi oleh Interstate Department Stores,Inc, pemegang merek the White Front, Topps Chains dan Children's Bargain Town Amerika Serikat.

Pada puncaknya, Toys “R” Us adalah bisnis yang sangat sukses dalam satu kategori spesifik sehingga mampu menewaskan kompetitor-kompetitor lainnya. Mungkin untuk kategori yang berbeda, posisinya mirip dengan kedai kopi Starbucks yang mematikan kedai-kedai kopi independen.

Pada tahun 1998, dengan meningkatnya penjualan mainan anak-anak di retailer masal seperti Walmart, Target, maupun penjualan online di Amazon, market share Toys “R” Us menurun drastis. Untuk meningkatkan performance penjualan, di tahun 2005, Toys “R” Us memisahkan bisnis mainan dengan bisnis perlengkapan bayinya dengan bantuan konsorsium Bain Capital Partners, Kohlberg Kravis Roberts, dan Vornado Realty Trust sebesar US$ 1,3 miliar.

Amazon sendiri merupakan partner pemasaran online Toys “R” Us sejak 2000 hingga 2010. Amazon berjanji untuk tidak menjual mainan anak-anak dan bayi serupa dengan produk-produk yang dijual oleh Toys “R” Us di situs Amazon tersebut. Namun ternyata kemitraan ini tidak berjalan baik karena ada tumpang tindih jenis pelayanan dan produk-produk yang dijual antara keduanya. Klausul “eksklusivitas” pun telah dilanggar.

Sebagai provider online store, Amazon dipercaya oleh berbagai brand terkemuka, termasuk retailer asesoris Ice.com, retailer CD lagu Circuit City, dan dua raksasa retailer fashion yaitu Eddie Bauer dan Nordstrom. Dan terhitung September 2001, Amazon bermitra dengan Target, yang merupakan saingan berat Toys “R” Us.

Akhirnya perang di pengadilan terjadi antara Toys “R” Us dengan Amazon. Pihak pertama percaya bahwa klausul perjanjian mengeksklusikan penjualan mainan anak-anak dan barang-barang perlengkapan bayi bagi mereka, di mana Pihak kedua sama sekali tidak lagi berhak menjual produk-produk dalam kategori identik.

Prakteknya, pihak kedua tetap menjual produk-produk dalam kategori tersebut dengan dalih bahwa mereka tidak menjual produk-produk identik dengan yang dijual oleh pihak pertama.

Dalam bisnis apapun, kompetisi selalu merupakan faktor terbesar kejatuhan. Ekspansi online yang dilakukan di awal tahun 2000 dengan bermitra dengan Amazon, tampaknya tanpa didasari oleh pengetahuan akan cara kerja retail online yang memadai, termasuk penyimpanan data penjualan dan pencarian.

Revenue Toys “R” Us 2014 mencapai US$ 12,4 miliar dengan jumlah pegawai 66.000 orang di 35 negara. Statusnya kini adalah perusahaan privat terbesar ke-23 versi majalah Forbes. Sudah cukup besar, namun rencana go public telah ditangguhkan sejak 2013. Perbaikan internal masih akan terus dilakukan oleh Toys “R” Us. Akankah flagship store kembali memukau?

Atau bahkan online store yang pegang kendali?



TERBARU

×