kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / refleksi

Diciptakan dan dibentuk

oleh Ekuslie Goestiandi - Pengamat Manajemen dan Kepemimpinan


Selasa, 07 Juni 2016 / 16:00 WIB
Diciptakan dan dibentuk

Reporter: Ekuslie Goestiandi | Editor: hendrika.yunaprita

Entah mengapa, dalam sebuah seminar tentang kepemimpinan yang saya hadiri baru-baru ini muncul kembali pertanyaan klasik, apakah seorang pemimpin itu dilahirkan (born) atau dibentuk (made)?

Menariknya, sebagian besar peserta terbelah menjadi dua kubu, yakni kelompok yang pro-dilahirkan dan kelompok yang pro-dibentuk. Mungkin karena khawatir dianggap kompromistis dan tak memiliki pendirian tegas, hanya sedikit yang mengatakan bahwa pemimpin itu: ya, sekaligus dilahirkan dan dibentuk.

Perdebatan di atas sesungguhnya setua perseteruan klasik mazhab ilmu psikologi tentang perkembangan seorang manusia. Sebagian percaya bahwa manusia dari sono-nya sudah membawa genetika tertentu, yang pada waktunya nanti akan menciptakan manusia seperti yang sudah digariskan menurut keturunannya (by nature).

Sementara mazhab lainnya percaya, bahwa setiap manusia pada dasarnya laksana kertas putih yang sama, yang perkembangan berikutnya semata-mata tergantung kepada coretan pengasuhan atau pembelajaran yang diberikan kepadanya (by nurture).

Dalam perkembangannya, psikologi kontemporer cenderung menganut pendekatan yang moderat. Alih-alih mendikotomikan dua aliran tersebut secara ekstrem, saat ini para ahli ilmu jiwa percaya bahwa faktor nature (bawaan) dan nurture (pembelajaran) masing-masing mempunyai kontribusi relatif terhadap perkembangan seorang manusia.

Jelas, ini adalah sebuah perkembangan pola pikir yang menggembirakan, yang menunjukkan bahwa kita bisa keluar dari tirani ATAU, yang memaksa otak harus memilih ekstrem ini ATAU ekstrem itu. Sebaliknya, kita mulai terbiasa dengan pola pikir DAN, yang berusaha mensintesakan kedua ekstrem yang awalnya seperti tak bisa dipertemukan.

Padahal, hukum alam mengajarkan kepada kita, bahwa setajam-tajamnya perbedaan antara dua hal, pasti ada persamaan di antaranya. Sekecil dan sesedikit apapun persamaan itu.

Kembali ke persoalan awal, apakah seorang pemimpin dilahirkan atau dibentuk? Seiring dengan pandangan psikologi kontemporer, leadership guru Anthony DSouza mengatakan, potential leader is born, but effective leader is made.

Setiap manusia memang dilahirkan dengan bakat kepemimpinan yang berbeda-beda. Ada yang begitu menonjol dan penuh pesona seperti para pejuang revolusioner, ada pula yang biasa-biasa saja. Namun pada kenyataannya, melalui proses pembelajaranlah, akhirnya mereka bisa menjadi sosok yang terampil dan cakap memimpin segenap anak buahnya.

Sama halnya dengan pemain sepakbola, sekalipun seorang Lionel Messi lahir dengan membawa talenta olah bola yang luar biasa, namun jika tak ditempa intensif di Akademi Sepak Bola La Masia dan klub Barcelona, ia pun saat ini tak akan hadir sebagai pemain bola terhebat di muka bumi.

Tujuh kekuatan

Melengkapi hasil studi yang pernah dilakukan oleh French dan Raven, pakar kepemimpinan Hershey dan Blanchard mengidentifikasi tujuh power yang bisa menjadi sumber kekuatan kepemimpinan seseorang.

Berturut-turut adalah: pertama, legitimate-power, yang muncul sebagai konsekuensi logis dari tampuk jabatan yang dimiliki seseorang. Kedua, reward-power, yang hadir lewat kemampuan memberikan iming-iming penghargaan. Ketiga, coercive-power, yang bersumber pada kemampuan untuk memberikan sangsi ataupun hukuman. Keempat, expert power, yang muncul karena seseorang punya kecakapan dan keahlian di bidang tertentu

Kelima, information power, yang muncul karena kelengkapan informasi yang dimiliki seseorang. Keenam, connection-power, yang hadir berkat keluasan jejaring sosial yang dimilikinya. Terakhir atau ketujuh, referent power, yaitu kekuatan yang terbangun dari loyalitas subjektif sekelompok orang tertentu kepada sosok sang pemimpin. Orang awam menyebutnya juga sebagai karisma, seperti yang tampak pada figur Napoleon, Fidel Castro, ataupun Bung Karno.

Memimpin secara efektif, bagi Hershey dan Blanchard, adalah memanfaatkan tujuh sumber kekuatan itu sesuai situasi dan kondisinya.

Dalam situasi yang genting dan memaksa, mungkin coercive-power merupakan sumber kekuatan yang paling relevan. Demikian pula saat sedang berdebat mengenai sebuah persoalan ilmiah, expertise-power akan jadi kekuatan paling sesuai.

Oleh karenanya, teori kepemimpinan Hershey dan Blanchard disebut pula sebagai situational-leadership. Artinya, tak ada satu pakem pendekatan dan sumber kekuatan kepemimpinan yang berlaku mutlak dalam segala situasi dan kondisi. Justru, tugas seorang pemimpin adalah mengidentifikasi dengan cermat situasi yang sedang dihadapi.

Lalu, memilih bentuk pendekatan dan sumber kekuatan kepemimpinan yang paling sesuai dengan kondisi itu.

Sekadar informasi, di antara ke tujuh sumber kekuatan kepemimpinan tersebut, hanya referent power atau karisma yang bersifat innate alias bawaan.

Sementara enam sumber kekuatan lain adalah kemampuan yang sangat bisa dipelajari. Jadi, rasanya memang tidak perlu dipertentangkan lagi, apakah seorang pemimpin diciptakan dan dibentuk. Karena, untuk jadi seorang pemimpin yang efektif, bakat kepemimpinan yang ada jelas harus diasah lewat pembelajaran kepemimpinan yang memadai.



TERBARU

×