kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Sepatu dan fashion 3D printing

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar, bisnis, berbasis di California.


Senin, 22 Agustus 2016 / 14:33 WIB

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Dunia semakin unik dan terindividualisasi. Istilah bisnisnya: customization atau tailor made. Kini orang lebih senang memesan pakaian dan sepatu yang sifatnya khusus dengan ukuran spesifik. Hal ini sudah terjadi berabad-abad di tailor dan cobbler.

Tentu saja instrumen yang dipakai adalah mesin jahit, mesin obras, dan berbagai alat manual dan semi digital lainnya. Bedanya kini ada teknologi cetak tiga dimensi atau 3D.

Teknologi 3D Printing merupakan salah satu bentuk awal dari dahsyatnya artificial intelligence atau AI dalam mengubah peradaban manusia. Dalam sepuluh tahun di muka, diperkirakan akan lebih banyak lagi bentuk AI yang lain sehinga makin umum digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dimulai dari wearable technologies dan the Internet of things.

Proses cetak tiga dimensi ini menggegerkan dunia dengan kemampuan cetaknya yang tanpa batas. Teknologi ini bisa mencetak semua jenis prototipe produk, patung, desain gedung, hingga ke fabrikasi produk pakaian dan sepatu.

Sebuah department store pertama di Amerika Serikat yang telah menawarkan jasa pembuatan sepatu dengan teknologi ini adalah Nordstrom, Inc. Sementara, untuk produk pakaian, fashion designer asal Amsterdam Iris van Herpen telah memperkenalkan pakaian hasil cetakan tiga dimensi ini sebagai fashion art. Namun saat ini masih terbatas kepada pameran-pameran di museum, belum untuk konsumsi umum.

Bahkan produsen peralatan olahraga raksasa sekelas Adidas juga telah menawarkan customization pengukuran sepatu di outlet mereka dengan teknologi bernama Futurecraft 3D. Teknologi ini mencetak sol tengah sepatu olah raga yang dirancang khusus sesuai dengan ukuran dan kebutuhan kaki pemakai. Ini sangat ideal bagi para atlet yang membutuhkan akurasi dan presisi sepatu sesuai dengan fungsinya misalnya kebutuhan atlet lari, lompat, atau loncat.

Yang menarik, sepatu yang diproduksi dengan 3D Printing telah dinikmati umum terhitung 2009 di toko-toko Nordstrom tertentu dan situs Shoes of Prey. Fashion retailer premium papan atas Nordstrom, Inc (NYSE: JWN) didirikan oleh by John W. Nordstrom and Carl F. Wallin di tahun 1901 yang bermarkas di Seattle yang kini berlokasi di 38 negara bagian dan Kanada dengan 323 store.

Kota hujan Seattle juga dikenal sebagai markas Starbucks, Amazon, dan Boeing. Nordstrom dikenal sebagai kompetitor Bloomingdale's, Lord & Taylor, Neiman Marcus, dan Saks Fifth Avenue.

Enam outlet di Bellevue, San Francisco, Fashion Island, Garden State Plaza, Pentagon City, dan Oakbrook Center di tempat. Selain hadir dengan retail outlet langsung, Nordstrom menawarkan pesanan sepatu individu custom made melalui situs Shoes of Prey (http://www.shoesofprey.com/).

Funding untuk Shoes for Prey sebesar US$ 24,6 juta dipimpin oleh BlueSky Venture Capital. Ini menunjukkan gairah positif para investor akan AI dan 3D Printing.

Hingga hari ini, lebih dari 5 juta pelanggan telah menggunakan Shoes of Prey sejak 2009. Pilihan model 12 macam, dengan berbagai spesifikasi tinggi hak, materi, dan warna sepatu.

Harga dasar US$ 115 hingga US$ 180. Masa produksi 3 minggu sejak tanggal pemesanan. Ideal bagi konsumen dengan selera unik dan kondisi kaki khusus.

Flagship design studio juga mereka luncurkan di Sydney pada tahun 2013. Sedangkan kantor pusatnya berlokasi di Los Angeles terhitung 2009. Produksi dilakukan di Guangdong, Tiongkok dan Makati, Filipina. Afiliasi produksi berlokasi di Jepang dan Rusia.

Kesimpulannya, teknologi 3D Printing telah merambah dunia tanpa dapat dibendung lagi. Bahkan ranah fashion yang selama ini merupakan ranah seni dan padat karya, dalam sekejap bisa digantikan oleh mesin cetak tiga dimensi yang bekerja secara instan.

Tugas manusia hanyalah sebagai manajer dan operator, selain sebagai designer dan operator dari teknologi.

Dalam bukunya Human Needs Not Apply, Jerry Kaplan berargumen bahwa di masa depan artificial intelligence (AI) akan menggantikan manusia dari hal-hal besar maupun hal-hal kecil yang selama ini merupakan pekerjaan manusia.

Industri-industri padat karya pada akhirnya nanti bisa tergantikan oleh produksi dengan teknologi AI tesebut. Revolusi sedang bergulir, maka sebaiknya Anda mempersiapkan diri untuk berkompetisi dengan AI. Bagaimana caranya?

Minimal dengan memahami cara kerja AI sehingga Anda dapat mengelola teknologi ini dengan terus meningkatkan produktivitas. Idealnya, Anda kenali betul arah perkembangan teknologi dan pelajari cara kerja beberapa teknologi penting.

Anda tidak perlu bergelar insinyur untuk memegang atau menjadi operator teknologi. Anda hanya perlu semangat belajar dan konsistensi dalam eksekusi.



TERBARU

×