kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Short Selling Paling Berisiko

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Uang dan Pasar Modal


Kamis, 26 Mei 2011 / 23:25 WIB
Short Selling Paling Berisiko

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak sideways di kisaran 3.400-3.500, awal tahun ini, saya mengingatkan investor untuk tidak menggunakan fasilitas marjin (KONTAN 31 Januari 2011).

Saya tuliskan bahwa IHSG baru akan meninggalkan teritori 3.500 dan naik melewati 3.700 saat laporan keuangan emiten keluar di bulan April 2011 dan bergerak menuju 4.200 hingga akhir tahun. Prediksi saya bahwa kinerja sebagian besar emiten semakin kinclong dan arus masuk dana asing belum berbalik arah tidak meleset. IHSG menembus 3.800 bulan ini dan kita mencium aroma bullish.

Dibandingkan berinvestasi dengan fasilitas marjin di periode sideways, yang jauh lebih berisiko adalah melakukan short selling saat sentimen positif marak di bursa.

Short selling adalah aksi menjual efek berharga yang tidak dimiliki si penjual. Apa itu short selling dan apa manfaatnya hingga keberadaannya masih dipertahankan?

Transaksi ini berbeda dari transaksi jual-beli biasa dalam empat hal. Pertama, investor menjual dulu baru kemudian membeli. Kedua, investor mendapat untung justru kalau harga turun. Ketiga, investor melepas sekuritas yang bukan miliknya. Keempat, dibandingkan dengan transaksi biasa, short selling sangat berisiko.

Hanya untuk aset keuangan tepatnya efek pasar modal, short selling dapat dilakukan karena sifatnya yang dapat dipertukarkan satu sama lain dengan mudah (fungible). Untuk aset riil, kita tidak mungkin menjual dulu baru beli kemudian.

Kita tidak mungkin pinjam mobil teman untuk dijual, dan setelah beberapa periode kita membeli mobil lain untuk menggantinya. Kedua mobil itu tidak fungible sehingga tidak mungkin dipertukarkan.

Norman Fosback dalam bukunya Stock Market Logic (1993) menyatakan, "The greatest risk takers on Wall Street are the short sellers." Mengapa?

Utamanya karena potensi untung dan rugi yang tidak seimbang. Menyadari harga saham tidak bisa negatif (minimal nol), keuntungan maksimal per saham dari short selling adalah sebesar harga jualnya. Sebaliknya, harga saham bisa naik tanpa batas hingga potensi rugi investor juga tidak terbatas.

Selain itu, short seller juga mempunyai reputasi kurang baik di kalangan pelaku pasar modal. Mereka dicurigai memiliki dorongan dan insentif besar untuk menjatuhkan harga saham. Agar harga jatuh, short seller sering menuai tuduhan sebagai penyebar rumor palsu. Implikasinya, mereka akan dijadikan kambing hitam ketika pasar saham benar-benar jatuh.

Kecurigaan ini sudah berlangsung lama, tepatnya sejak Depresi Besar tahun 1929. Sesaat setelah terjadinya crash. Untuk mengatasi ulah short seller, Amerika Serikat mendirikan badan pengawas pasar modal AS yaitu Securities and Exchange Commission (SEC). Aksi spekulasi para short seller ternyata telah memicu dibentuknya lembaga pengawasan bursa dan sekuritas di AS.

Short seller juga dituding sebagai biang keladi crash tahun 1987, runtuhnya saham-saham dotcom tahun 2000, rontoknya saham-saham lembaga keuangan di Amerika tahun 2008, dan anjloknya harga saham di bursa kita tahun 2008 lalu.

Transaksi short selling, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi arbitrase indeks dan hedging portofolio dipandang penuh curiga oleh pengawas pasar modal dan otoritas bursa di mana-mana.

Di bursa kita, secara periodik BEI menerbitkan daftar saham yang boleh short selling, biasanya hampir sama dengan saham yang dapat ditransaksikan dengan margin. Bulan Mei ini misalnya, dari 46 saham yang dapat ditransaksikan dengan fasilitas margin, sebanyak 32 saham boleh short selling.

Walaupun berisiko tinggi, transaksi short selling sebenarnya membawa beberapa manfaat. Pertama, tidak seperti di pasar aset lain, di pasar modal investor selalu dapat meraih keuntungan. Pada saat pasar bullish, investor dapat memperoleh keuntungan dengan mengambil posisi beli atau long. Sebaliknya, ketika pasar bearish, investor dapat memanfaatkannya dengan melakukan short selling. Harga naik untung, harga turun juga untung.

Manfaat lain short selling adalah menjamin harga saham benar-benar mencerminkan nilai fundamentalnya. Secara teori, setiap kali ada saham yang dihargai berlebihan, akan masuk investor cerdas untuk mengambil keuntungan dengan aksi short selling-nya.

Para arbitrager pun tidak akan tinggal diam menyaksikan saham yang kemahalan. Tanpa short selling, harga saham cenderung lebih tinggi daripada nilainya. Jika ini terus terjadi, bursa saham akan menjadi bubble dan kita tinggal menunggu waktu untuk menyaksikan meletusnya bubble ini.

Inilah sebabnya sebagian besar bursa di dunia masih terus menawarkan fasilitas ini di bawah regulasi yang membatasi dengan objektif seperti uptick rule dan setoran jaminan. Anda berani mencoba short sell?



TERBARU

×