kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / refleksi

Move On

oleh Ekuslie Goestiandi - Pengamat Manajemen dan Kepemimpinan


Senin, 28 November 2016 / 19:03 WIB
Move On

Reporter: Ekuslie Goestiandi | Editor: hendrika.yunaprita

Banyak definisi kata sukses yang pernah kita dengar dari para pakar atau pun baca dari berbagai buku motivasional. Walaupun memiliki puluhan, bahkan ratusan ragam definisi, hampir dapat dipastikan bahwa tak ada yang merumuskan sukses sebagai ketiadaan kegagalan.

Saya belum pernah mendengar dan juga membaca bahwa orang sukses adalah orang yang tidak pernah gagal (samasekali). Yang terjadi justru sebaliknya. Banyak orang yang beranggapan bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Bahkan, pemikir sekelas Jim Collins sekalipun pernah bertutur bahwa pembelajaran hidup terbaik adalah pembelajaran yang diperoleh lewat pengalaman kegagalan, bukannya kesuksesan.

Steve Jobs adalah salah satu contoh terbaik dari seorang pemimpin bisnis yang membangun kesuksesan di atas kegagalan. Semula, namanya harum merebak, namun menjadi tragis di tengah perjalanan. Ia sempat dipecat dari Apple, perusahaan yang ia rintis sendiri dari garasi rumahnya. Akan tetapi, ketika ia kembali lagi, ia bahkan membawa semangat dan passion yang jauh lebih besar.

Orang-orang dengan passion besar bisa mengubah dunia menjadi lebih baik, tutur Jobs suatu waktu. Ia bahkan masih bersemangat memimpin Apple walau kondisi tubuhnya digerogoti kanker pankreas. Ia baru turun gelanggang saat raganya sudah benar-benar tak sanggup lagi, sebelum akhirnya menutup mata pada 15 Oktober 2011. Sejarah akhirnya mencatat bahwa perjuangan dan kegigihan Jobs ini terbukti berhasil membawa perusahaan berlogo apel coak tersebut menjadi salah perusahaan yang paling bernilai (most valuable company) di dunia.

Hal serupa pernah dialami oleh salah satu pengusaha senior di Indonesia, Teddy Rachmat. Walaupun tercatat sebagai CEO terlama di Astra International, sesungguhnya Teddy sempat mengalami dua kali pemecatan sebagai orang nomor satu di perusahaan konglomerasi tersebut. Namun ia selalu berpegang pada prinsip, Kalau jatuh 10 kali, harus bangun 11 kali! Dengan bangkit kembali, orang tak memberi kesempatan bagi dirinya untuk terpuruk semakin dalam dan dalam. Justru, dua kali pemecatan tersebut semakin menguatkan hatinya untuk serius membangun bisnisnya sendiri. Dan, hal ini benar-benar ia lakukan setelah pensiun dari Astra, dengan membesarkan kelompok usahanya sendiri, Triputra.

Niccolo Paganini, seorang pemain biola asal Italia terhebat pada abad ke-19, punya kisah yang luar biasa. Pernah suatu saat, Paganini memainkan konser biola di depan para penggemarnya dengan iringan orkestra penuh. Tengah asyik mengayunkan nada, tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Sambil keringat dingin membasahi dahi, ia tetap terus memainkan lagunya. Belum juga degup jantung mereda, tak disangka-sangka, kejadian mengejutkan berulang kembali. Satu per satu tali biolanya putus, hingga hanya meninggalkan satu senar tersisa. Paganini bergeming, tetap bertahan memainkan lagunya sambil menyaksikan senar-senar biolanya lepas dari jepitan.

Keep goin'

Ketika para penonton melihat biolanya hanya memiliki satu senar dan sang violist tetap memainkannya, mereka pun berdiri sambil berseru, Hebat! Hebat! diiringi tepuk tangan yang gemuruh. Mereka menyadari tak mungkin memainkan sebuah biola yang hanya meninggalkan satu senar tersisa. Mereka sangat maklum, jika Paganini hendak menghentikan permainan biolanya di tengah jalan. Namun, yang terjadi sungguh di luar dugaan. Sejenak, Paganini menenangkan mereka dan meminta untuk duduk kembali. Ia pun kemudian memberi hormat kepada para penonton, dan selanjutnya memberi isyarat kepada dirigen orkestra untuk melanjutkan bagian akhir dari lagu yang dimainkannya. Dengan mata berbinar, ia berteriak keras : Paganini dengan satu senar! Dia menaruh kembali biola di bahunya dan mulai memainkan bagian akhir dari sang lagu. Hasilnya begitu indah dan mengagumkan para penonton. Standing ovation yang diiringi tepuk tangan nan riuh kembali menggemuruh di ruang pertunjukkan, sebagai rasa hormat mereka kepada perjuangan dan keindahan lagu yang dimainkan oleh sang maestro, Paganini.

Seperti halnya senar biola yang putus di tengah permainan, hidup manusia juga dipenuhi oleh persoalan, kekhawatiran dan kegagalan di tengah jalan. Legenda manajemen dari General Electric Jack Welch pernah berujar: You've made a bad deal. The plants blown up. Marriages dont work out. A variety of things dont work. Keep goin'!

Paganini melakukan apa yang dikatakan Jack Welch, ia keep goin' memainkan biolanya hingga akhir lagu. Pada awalnya ia sedikit gelisah, namun dengan cepat bangkit kembali. Bahkan, dengan penuh semangat dan keyakinan diri. Seperti mengendarai sepeda, jangan membiarkan diri untuk jatuh dengan berhenti mengayuh. Teruslah mengayuh! Kata anak muda sekarang, Move on!

 



TERBARU

×