kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Mencari dan menjadi angel investor

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar bisnis, berbasis di California


Senin, 09 Januari 2017 / 21:50 WIB
Mencari dan menjadi angel investor

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Angel investor atau sang penyandang dana mempunyai fungsi sosial yang terbilang penting. Apalagi saat ini makin banyak para penyandang dana tersebut membenamkan dana di berbagai bidang Bisnis. Kondisi ini makin bisa menggerakan roda ekonomi.

Kalau dilihat secara makro, sejatinya para penyandang dana ini bisa membangun kesejahteraan bagi para pemangku kepentingan atau stakeholder, termasuk Anda dan saya. Malah, kehadiran si investor ini bisa memberi efek bisnis (trickle-down) juga ke para penjaja informal di sekitar. Jadi keberadaan si sumber dana ini punya efek positif yang luar biasa.

Padahal, si investor ini biasanya mensponsori para perintis usaha yang belum terasah. Justru adanya ide Bisnis jenius yang bisa memberikan solusi bagi suatu masalah membuat tertarik para investor. Meski acapkali konsumen sendiri tidak menyadari adanya kebutuhan tersebut.

Bisakah Anda bayangkan hari-hari sebelum komputer tablet seperti iPad diciptakan? Saat itu, kita tidak begitu merasa membutuhkannya namun hari ini kita tidak bisa hidup tanpanya.

Walaupun penulis telah beberapa kali membahas mengenai angel investor, fenomena kehadirannya masih tetap menarik. Di Amerika Serikat (AS), ada acara televisi bernama Shark Tank (http://abc.go.com/shows/shark-tank) yang diproduseri oleh Mark Burnett.

Acara ini merupakan kompetisi ide Bisnis yang dipresentasikan di hadapan para shark yaitu para peBisnis kawakan seperti Mark Cuban pemilik Dallas Mavericks, Daymond John pendiri FUBU, Kevin OLeary pendiri OLeary Financial Group, Barbara Corcoran dan lainnya. Para pemenang kompetisi ini mendapatkan dana segar untuk merealisasikan Bisnis mereka.

Salah satu yang paling menarik perhatian penulis adalah Groove Book, yaitu jasa pencetak foto digital di telepon genggam yang mempunyai model Bisnis subscription alias berlangganan setiap bulan. Groove Book ini telah diakuisisi oleh Shutterfly, pionir digital foto cetak via pesanan (mail order) senilai US$ 14,5 juta.

Para juri Shark Tank, entitas Shark Tank, dan Shutterfly merupakan contoh ekstrim jalur yang bisa diambil untuk mencari para investor. Tergantung dari perjanjian investasi mereka, bisa saja mereka merangkap sebagai si investor tersebut.

Dan yang menarik dari fenomena penyandang dana ini adalah tidak mempermasalahkan batas geografis. Para investor ini mempunyai pemikian Bisnis global dan berani terjun langsung dalam melakukan uji tuntas analisis risiko serta Bisnis.

Ini bisa diperhatikan dari berbagai Bisnis gaya hidup di Indonesia dan Singapura, betapa banyak yang berasal dari investasi asing. Bisa saja sebagian besar berasal dari para investor murah hati yang bergabung dalam angel networks.

Di Inggris Raya, daftar para investor aktif tipe ini bisa dijumpai di direktori: http://www.ukbusinessangelsassociation.org.uk/member/directory . Di Amerika Serikat: http://www.angelcapitalassociation.org/directory/. Di Australia: http://businessangels.com.au/. Dan para investor murah hati ini tidak terbatasi oleh keanggotaan resmi dalam suatu organisasi. Siapa saja, termasuk teman dan anggota keluarga Anda bisa saja menjadi angle investor bagi Bisnis atau proyek baru.

Tentu saja, uji tuntas alias melakukan analisis mendalam baik oleh si investor bersangkutan juga turut menentukan sukses atau gagalnya suatu investasi. Kemampuan mengenali ketidakpastian dan hal-hal di luar dugaan yang menjadi ancaman dan kelemahan membutuhkan ketrampilan dan kejelian terasah bertahun-tahun.

Jadi, walaupun siapa saja bisa menjadi angle investor tapi kelonggaran konsep dari tipikal investasi ini sebaiknya tidak longgar diumbar begitu saja.

Pertama, kenali nilai dari suatu Bisnis. Ini membutuhkan aspek ganda (multiplier) ragam bidang industri serta riset cukup mendalam. Misalnya, untuk Bisnis berbasis online, multiplier yang digunakan bersifat eksponensial, sebagaimana perkembangan Youtube yang luar biasa pesat, misalnya, sehingga nilai jualnya saat itu US$ 1,65 miliar. Lantas Facebook membeli Instagram dengan nilai US$ 1 miliar.

Untuk bisnis tradisional atau brick-and-mortar, seperti toko bakmi tentu mempunyai formula perhitungan nilai lebih ketimbang berdasarkan aset atau pendapatan semata, bukan nilai eksponensial di masa depan. Jadi net present value (NPV) bisa dihitung dengan lebih nyata lewat internal rate of return (IRR) yang bisa ditargetkan bisa mencapai 30% lebih.

Kedua, uji tuntas mencakup risk-reward, business plan, marketing plan, serta faktor legal dan lainnya yang samasekali tidak bisa dilewatkan. Memang visi bisnis penting tapi perlu didukung data yang bisa dipertanggungjawabkan. Intuisi Bisnis memang perlu tapi bukan faktor penentu akhir.

Selamat mencoba dan mencari angel investor.



TERBARU

×