kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Om Januari Om

oleh Lukas Setia Atmaja - Financial Expert Prasetiya Mulya Business School


Rabu, 18 Januari 2017 / 16:25 WIB
Om Januari Om

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: hendrika.yunaprita

Januari adalah bulan yang sangat popular bagi trader dan investor saham. Ada dua alasan, yakni fenomena January Effect dan As Goes January, So Goes the Year.

January Effect adalah fenomena di mana harga saham, terutama saham perusahaan kecil, biasanya naik sejak sepekan sebelum pergantian tahun (hari terakhir sebelum libur Natal) hingga dua minggu pertama di bulan Januari. Fenomena ini juga sering disebut turn-of-the-year effect.

Di bursa AS, dengan sampel 1950-2004, ditemukan bukti bahwa rata-rata imbal hasil selama tiga pekan periode turn-of-the year adalah 14,4%. Ini jauh di atas rata-rata imbal hasil selama tiga minggu di hari-hari biasa, yang hanya 3,9%.

Saya menghitung imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di periode turn-of the year ini dengan data sejak Natal 2002 hingga Januari 2016. Dari 14 tahun pengamatan, hanya tiga kali periode ini memberikan imbal hasil negatif, yaitu 2002, 2006 dan 2010. Rata-rata kenaikan harga jika membeli saham sehari sebelum Natal dan menjual pada 15 Januari tahun berikutnya adalah 2,7%.

Tapi, hati-hati jangan sampai terlambat menjual saham. Jika investor membeli saham sehari sebelum libur Natal dan menjual pada akhir Januari tahun berikutnya, imbal hasil yang diperoleh melorot jadi 2,2%. Bahkan, dari 14 tahun pengamatan itu, ada lima kali di mana imbal hasilnya akan negatif jika menunggu menjual hingga akhir Januari.

Bagaimana kalau kita membeli saham pada awal tahun, bukan sebelum libur Natal? Hasilnya kurang maksimal. Dari 14 tahun tersebut, rata-rata imbal hasil jika membeli saham di awal tahun lalu menjual saham tersebut di pertengahan Januari (dua minggu) adalah 1,15%.

Sedangkan rata-rata imbal hasil jika membeli saham di awal tahun dan menjualnya di akhir Januari adalah hanya 0,66%. Perlu diingat, riset ini menggunakan IHSG, bukan saham perusahaan kecil.

Alasan kedua adalah As Goes January, So Goes the Year. Ini adalah fenomena di mana kinerja harga saham dalam setahun berkorelasi positif dengan kinerja harga saham di Januari. Jika di Januari harga saham naik, maka di tahun tersebut biasanya harga saham akan naik.

Di AS sejak 1927, kinerja saham di Januari sinkron dengan kinerja saham tahunan sebanyak 68% dari waktu. Misalnya, tahun 2008 bursa saham dibuka dengan kerugian 6,1% selama Januari. Tahun 2008 ternyata mengerikan, dan akhirnya ditutup dengan penurunan indeks saham Standard & Poors 500 sebesar 34% setahun.

Apakah kinerja saham di Januari merupakan indikator bagi kinerja saham tahunan di Indonesia? Ternyata, di Januari selama 2000-2016, kita hanya mendapati lima perubahan negatif. IHSG turun di Januari sebanyak lima kali, yakni di 2000, 2006, 2007, 2009 dan 2010. Sedang penutUpan IHSG negatif terjadi di 2000, 2002, 2008, 2013 dan 2015.

Penurunan terbesar terjadi di Januari 2000 (-9,40%). Pada tahun tersebut IHSG juga turun cukup tajam (-33,12%). Apakah hal ini cukup untuk mengamini idiom as goes January, so goes the year? Nampaknya tidak. Selama periode 2000-2016 (17 tahun), hanya ada sembilan tahun (53% dari waktu) di mana kinerja IHSG di Januari sinkron dengan kinerja IHSG tahunan.

Walau IHSG memerah di Januari tahun 2006, 2007, 2009 dan 2010, namun IHSG mengalami kenaikan cukup tinggi di tahun-tahun tersebut. Artinya, jika IHSG memerah di Januari, justru ada peluang cukUp besar (empat dari lima kali atau 80%) IHSG naik di tahun tersebut.

Kinerja Januari yang bagus juga ternyata bukan jaminan kinerja tahunan akan bagus. Misalnya, di 2008 IHSG di Januari naik 3,6% namun akhirnya turun 49% dalam setahun. Demikian pula di 2015. IHSG naik 3% di Januari, akan tetapi 2015 malah menjadi secangkir kopi pahit (tanpa sianida).

Atau, lihatlah IHSG di 2013. Di Januari, IHSG amat menjanjikan, naik hingga 7,68%. Tapi indeks terpuruk di semester dua, sehingga ditutUp dengan penurunan hampir 1% dalam setahun. Bagaikan pertandingan sepakbola di mana sebuah tim sudah unggul 4-0, akhirnya kalah dengan skor tipis 4-5.

Bagaimana dengan 2016 yang baru kita tinggalkan? Standard & Poors 500 sempat memerah tipis 1% di Januari, namun kinerjanya selama 2016 ternyata positif 11%, alias tidak mengikuti fenomena as goes January, so goes the year. Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS ternyata memberi sentimen positif bagi pasar saham di AS. IHSG terkena dampak positifnya dengan meraih kenaikan 15,6% sepanjang 2016.

Bagaimana dengan kinerja saham selama tahun 2017 ini? Mari kita tunggu kinerja IHSG di Januari ini. Jika Januari oke, semoga 2017 oke. IHSG di awal 2017 adalah 5.290. Hingga 10 Januari 2017 telah naik menjadi 5.330. Sebagai investor saham, kita bisa bilang, Om Januari Om.



TERBARU

×