kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / financialwisdom

"Berani" rugi

oleh Eko Pratomo - Senior Advisor PT BNP Paribas Investment Partners


Selasa, 25 April 2017 / 17:15 WIB

Reporter: Eko Pratomo | Editor: hendrika.yunaprita

Ketika Anda berinvestasi di bursa saham, baik secara langsung atau melalui reksadana yang memiliki saham di dalam portofolio investasinya, maka Anda harus memiliki keberanian untuk menerima kerugian.

Anda bisa saja membeli saham atau unit penyertaan reksadana, katakanlah seharga Rp 10.000 per saham atau per unit penyertaan, lalu dalam beberapa waktu kemudian harga saham atau reksadana saham tersebut turun jadi Rp. 7.000. Artinya pada saat itu Anda sedang mengalami kerugian sebesar 30%.

Namun, kerugian dalam berinvestasi di saham, tidak selalu harus diartikan dengan kerugian sesungguhnya, jika Anda tidak berniat untuk menjual saham tersebut. Inilah yang disebut dengan unrealized loss (kerugian tidak nyata) atau paper loss (kerugian di atas kertas). Keberanian menerima kerugian ini perlu dibarengi dengan kesabaran untuk menunggu dan berharap harga saham atau reksadana saham yang sedang jatuh tersebut akan kembali naik.

Kejatuhan harga sebuah saham yang cukup signifikan dan bukan karena disebabkan oleh penurunan harga yang memang sedang dialami oleh rata-rata saham di pasar (ditandai dengan penurunan IHSG), akan membutuhkan analisa yang mendalam tentang perusahaan tersebut, untuk memutuskan apakah Anda akan bertahan (tidak menjual) dengan menerima unrealized loss atau memutuskan menjual (cut loss) untuk menghindari risiko kerugian yang lebih besar.

Jika Anda berinvestasi saham melalui reksadana saham, yang umumnya memiliki portofolio saham yang terdiversifikasi, penurunan harga (nilai aktiva bersih /NAB per unit) umumnya akan merefleksikan penurunan harga saham secara keseluruhan, mengikuti penurunan indeks (IHSG).

Keberanian menerima unrealized loss yang terjadi karena harga turun sejalan dengan penurunan indeks pada reksadana saham, malah bisa sekaligus menjadi kesempatan untuk menambah pembelian baru. Ini jika Anda memiliki orientasi investasi jangka panjang dan percaya bahwa ke depan pasar saham akan kembali naik secara signifikan.

Contoh, di 2008, ketika IHSG jatuh lebih dari 50%, tidak membuat sebagian investor reksadana melakukan cut loss, tapi malah melakukan pembelian baru.



TERBARU

×