kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Up Close With Lo Kheng Hong (2)

oleh Lukas Setia Atmaja - Financial Expert Universitas Prasetiya Mulya


Senin, 05 Juni 2017 / 18:07 WIB
Up Close With Lo Kheng Hong (2)

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: hendrika.yunaprita

Sebagian besar pembaca sudah mengenal Lo Kheng Hong (LKH), investor saham sukses yang sering dijuluki Warren Buffett dari Indonesia. Sudah sering Harian KONTAN menulis tentang bagaimana LKH meraUp keuntungan besar dari bursa saham. Saya ingin melengkapinya dengan berbagi pengalaman saya bersahabat karib dengan LKH selama lima tahun terakhir.

LKH mengajar secara rutin di kelas Manajemen Investasi yang saya asuh di Universitas Prasetiya Mulya. Walau hanya satu kali pertemuan dalam satu semester, mahasiswa saya biasanya menunggu kedatangan LKH. Ia adalah salah satu dari 5 dosen tamu yang saya undang untuk berbagi ilmu. Salah satu "dosen tamu" adalah Warren Buffett, guru LKH, yang videonya selalu wajib diputar di pertemuan awal kelas (The Worlds Greatest Money Maker-Warren Buffett, BBC Documentary). Saya menekankan filosofi investasi yang benar kepada mahasiswa saya. LKH saya jadwalkan mengajar setelah Warren Buffett sUpaya mahasiswa percaya bahwa filosofi dan strategi investasi Waren Buffett bisa diterapkan di Indonesia. Saking tingginya daya tarik LKH, saya bilang ke LKH, jangan-jangan mahasiswa memilih kelas saya karena ada LKH.

Saya selalu menemani LKH mengajar di kelas, duduk membaur dengan mahasiswa saya. Sudah puluhan kali ia mengajar dan saya mendengarkan, tapi tidak pernah bosan. LKH punya selera humor yang bagus. Meskipun gaya bicaranya terkesan kalem, mahasiswa saya tidak pernah merasa bosan. Dari semester ke semester, keterampilan mengajar LKH semakin bagus. LKH tidak pernah mau menjawab pertanyaan mahasiswa tentang "Saham apa yang bagus untuk dibeli?" Ia dengan halus menolak, "Saya ingin memberi pancing, bukan ikan."

Yang saya suka dari LKH saat mengajar adalah ia pandai menyederhanakan hal-hal yang rumit sehingga mudah dimengerti mahasiswa. Ia juga banyak menggunakan contoh-contoh dari kehidUpan sehari hari ia baca di koran.

Ia misalnya menunjukkan contoh pesepakbola kesohor Christiano Ronaldo yang ingin hidUp seperti raja, tapi belum memungkinkan karena sadar harus berlatih keras untuk menjaga prestasi dan penghasilan. Ia akan hidUp seperti raja setelah pensiun saja.

Mahasiswa langsung menangkap bahwa manusia harus belajar "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian." LKH juga terkadang filosofis. Ia pernah menunjukkan fakta seorang pegawai di Jepang yang bekerja hingga berusia 100 tahun. "Apakah orang ini beruntung atau sebaliknya?" tanya LKH.

LKH pribadi yang kritis dan berani mengutarakan pendapatnya. Ia pernah mengkritisi fakta beberapa direktur perusahaan investasi yang ternyata lebih suka menaruh dananya bukan di saham, tetapi properti. Hal lain yang saya sukai dari materi presentasi LKH adalah ia banyak menggunakan materi dari buku karya saya dan Thomdean, "Smiling Investor."

Saya selalu memberi tugas kelompok kepada mahasiswa untuk merekomendasikan satu saham berkapitalisasi kecil (di bawah Rp 15 triliun) untuk saya beli. Karena sudah terinspirasi dengan kesuksesan LKH, mahasiswa biasanya menerapkan strategi value investing alias mencari saham salah harga. Kinerja mahasiswa saya lumayan bagus. Beberapa kelompok bisa "menemukan" saham salah harga seperti PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dan PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI) saat harganya masih sangat murah.

Bahkan ada mahasiswa yang sudah lulus mengirim email, "Pak, saham KBLI yang kami rekomendasikan tahun lalu sudah terbang tinggi. Terima kasih untuk ilmunya." Saya jawab, berterima kasihlah kepada LKH.

Saya punya kompetensi untuk mengajar strategi value investing, tapi saya butuh LKH untuk menginspirasi dan menyakinkan mereka.

Dua tahun lalu saya merasa sosok LKH cocok sekali dengan "Smiling Investor" yang menjadi judul buku kartun investasi saya. Kebetulan buku tersebut akan dicetak ulang sehingga ada kesempatan menambah materi. Saya lalu menawarkan kepada LKH untuk saya masukkan dalam buku tersebut.

Gayung bersambut dan saya segera membuat skenarionya berdasarkan masukan LKH. Sebagian lagi saya ambilkan dari presentasi dia saat mengajar.

LKH sangat teliti. Ia merevisi tidak hanya angka yang kurang akurat, tetapi gambar kartunnya. Ia, misalnya, sempat "protes" gambar kartun ia sedang duduk di taman rumahnya yang berbeda dari aslinya. "Pak Lukas dan Thomdean (kartunis yang menggambar) tidak pernah ke rumah saya sih" katanya sembari tersenyum. Karena sudah dekat deadline, LKH harus menerima tamannya tak sesuai warna aslinya.

Kisah tentang LKH kami tampilkan di Bab 12A. Saya menghindari angka 13 karena terkesan angka sial. Nyatanya, buku itu makin laris berkat tambahan kisah LKH.

Kemudian saya berpikir, sayang sekali jika kisah sukses LKH tidak dibukukan. Saya kemudian menawari LKH untuk menulis buku tentang dia. Kembali gayung bersambut.

Sayangnya saya terlalu sibuk dengan kegiatan rutin mengajar dan menulis kolom investasi di beberapa harian nasional maUpun daerah. Melalui proses yang panjang, materi buku tersebut kini sudah hampir selesai.

Bagian tersulit tentunya kisah proses LKH membeli saham-saham pemenangnya. Ia harus mengingat kembali angka-angka laporan keuangan perusahaan, harga saham saat beli dan jual serta rasio-rasio keuangan seperti PER dan PBV.

Sebagian besar wawancara dilakukan via WhatsApp karena LKH kurang nyaman jika wawancara lisan, khawatir salah. Saya sudah menyiapkan beberapa calon judul buku, namun LKH punya ide dan langsung saya amini. Judulnya, "LKH, orang Miskin yang Jadi Kaya di Bursa Efek Indonesia".

(Bersambung)



TERBARU

×