kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Model Bisnis Ebook dan BookBboon

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar bisnis, berbasis di California


Senin, 07 Agustus 2017 / 17:54 WIB
Model Bisnis Ebook dan BookBboon

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Siapakah penerbit buku elektronik (ebook) terbesar di dunia? Mungkin jawaban Anda adalah Amazon. Ini benar, namun Amazon mempunyai peran lebih besar sebagai kanal distribusi bagi para penerbit besar (publishing house), penerbit perorangan (self published) maupun penerbit independen (indie publisher).

Selain itu, Amazon juga merupakan penerbit dan kanal distribusi buku-buku cetak (print books). Penerbit ebook terbesar dunia yang semata-mata menerbitkan buku di dunia maya adalah BookBoon.com yang berbasis di Copenhagen dan London. Mereka menerbitkan 1.000 buku teks dan 600 buku Bisnis yang dapat di-download secara gratis.

Dirikan tahun 1988 di Copenhagen dengan nama Ventus dan berganti nama menjadi BookBoon.com di tahun 2005, namanya sangat dikenal oleh para penggemar buku-buku Bisnis.

Mayoritas penulisnya adalah para dosen di berbagai universitas di Eropa dan AS. Kebetulan, penulis juga merupakan salah satu penulis buku dengan judul White Paper Writing for Business. Yang super menarik dari BookBoon.com adalah model Bisnisnya yang luar biasa, bahkan setengah karitas (charity) dengan pengunduhan gratis bergilir.

Jadi, setiap judul ebook akan kebagian untuk dibagikan gratis, sebelum ia menjadi bagian dari perpustakaan 1.600-an judul buku yang dapat dinikmati oleh para anggota dengan biaya US$ 3 per bulan.

Ada empat revenue model BookBoon.com yang patut dicatat. Pertama, ketika ebook dibagikan gratis secara bergiliran, penerbit masih menikmati revenue dari iklan-iklan Bisnis yang erat hubungannya dengan pendidikan Bisnis bergelar, training, dan headhunting. Jelas bahwa target pembaca iklan (persona) adalah para pemburu pelatihan Bisnis dan para eksekutif.

Kedua, ketika ebook tidak lagi dibagikan gratis, revenue diperoleh dari biaya bulanan anggota perpustakaan online sebesar US$ 3. Setiap bulan, lima ebook dapat diunduh pelanggan untuk dinikmati di iPad dan Kindle.

Jadi, per ebook dijual kurang dari US$ 1. Harga luar biasa untuk buku-buku teks dan Bisnis yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah per kopi di Gramedia.

Ketiga, untuk pasar business-to-business (B2B), perpustakaan ebook BookBoon dapat digunakan sebagai materi pelatihan korporat (in-house training), karena setiap buku dilengkapi dengan berbagai kuis dan tes.

Jadi, setiap ebook yang diterbitkan BookBoon dapat berdiri sendiri sebagai materi pelatihan korporat. Di Eropa dan AS, ini berarti korporasi perlu membayar biaya untuk pemakaian setiap materi. BookBoon menyediakan sarana Intranet untuk proses pembelajaran online learning.

Keempat, setiap ebook terbitan BookBoon juga dapat dibeli lisensinya sebagai instrumen lead generation baik dalam employer branding maupun student hiring.

Revenue model seperti ini belum popular untuk digunakan dalam konteks demikian, biasanya hanya untuk lead generation yang bersifat umum, seperti newsletter subscription.

Sekarang, pertanyaannya, sehebat apakah model bisnis yang tidak lazim seperti ini? Hingga akhir 2016, sebanyak 75 juta ebook telah diunduh, terutama buku-buku teks.

Inspirasi pendirian perusahaan penerbitan ini pun diawali dengan tingginya harga buku-buku teks engineering, IT, dan bisnis, sehingga pendiri BookBoon yang ketika itu masih duduk di universitas tergerak.

Dua bersaudara Thomas Buus Madsen and Kristian Buus Madsen tergerak untuk menerbitkan buku-buku teks gratis dalam bentuk PDF setelah mereka kapok memfotokopi buku-buku teks untuk dibagikan kepada rekan-rekan mereka.

Saat itu mereka juga bekerja di sebuah suratkabar gratis di Swedia, sehingga ide ebook gratis yang dibiayai oleh iklan pun diterapkan. Kapasitas iklan dibatasi 15 persen dari keseluruhan konten suratkabar.

Kini, BookBoon telah mempunyai cabang di 11 negara dan buku-buku diterbitkan dalam bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Denmark, Perancis, Swedia, Norwegia, Finlandia, Spanyol, dan Cekoslovakia.

Buku-buku yang diterbitkan dalam satu bahasa, telah diterjemahkan pula ke dalam bahasa-bahasa lainnya. Di tahun 2016, BookBoon telah ekspansi ke Afrika Selatan.

Penulis sendiri sangat tertarik dengan business model dan revenue model yang kreatif dan bersifat semi karitas. Idealisme di masa kuliah tidak perlu ditinggalkan, sepanjang kreativitas dalam memilih revenue model digabungkan dengan teknologi terkini yang memungkinkan business model bergulir secara organik antara B2C dan B2B.

Bagi Indonesia, ini merupakan kesempatan baik, mengingat mayoritas pendudukan Indonesia masih belum berani merogoh kocek untuk membeli buku-buku mahal.

Yuk, kita mulai. Siapa pionirnya?



TERBARU

×