kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Pilih saham bagus atau perusahaan bagus?

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Senin, 28 Januari 2013 / 16:13 WIB
Pilih saham bagus atau perusahaan bagus?

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Dalam artikel terakhir, kita sepakat tidak semua perusahaan bagus sahamnya juga bagus dan layak dikoleksi. Memahami kenyataan ini, berinvestasi saham menjadi mudah yaitu mencari saham perusahaan bagus yang masih berharga bagus.

Masalahnya, dalam kondisi normal seperti saat ini dengan rata-rata PER saham di BEI sudah sekitar 16 kali, tidak mudah untuk mendapatkan saham bagus dari perusahaan bagus. Di sisi lain, dalam keadaan apa pun, investor tidak pernah mau melirik saham jelek dari perusahaan jelek apalagi sampai membelinya. Buat apa kita susah-susah memikirkan saham perusahaan jelek yang harganya juga tak menarik?

Dus, pilihan saham yang tersedia untuk investor saham di BEI hanya tinggal dua yaitu saham bagus dari perusahaan jelek atau saham jelek dari perusahaan bagus. Mana yang sebaiknya dipilih? Jika Anda mengelola dana institusi, saran saya sebaiknya Anda mengoleksi saham jelek perusahaan bagus. Alasannya, jika Anda memilih saham bagus dan ternyata hasilnya jauh di bawah ekspektasi apalagi jika harganya turun, maka Anda pasti disalahkan. ”Perusahaan jelek seperti itu kok sahamnya dibeli?”

Kondisi ini berbeda dengan perusahaan bagus yang sahamnya kebetulan turun setahun setelah dibeli. Anda bisa mengatakan karena nasib sedang sial atau karena kondisi ekonomi global atau nasional tidak mendukung. Para pemilik uang atau atasan Anda akan dapat memakluminya.

Contohnya, jika Anda membeli saham Astra International (ASII) tepat setahun lalu di harga Rp 7.800, Anda tak akan banyak disalahkan ketika di akhir 2012 harganya turun menjadi Rp 7.600 mengingat ASII adalah saham blue chip berkapitalisasi terbesar yang sahamnya dimiliki hampir semua investor institusi. Pertanggungjawaban yang harus Anda lakukan tentunya jauh lebih sulit jika setahun lalu Anda memutuskan membeli saham Catur Sentosa Adiprana (CSAP) pada harga Rp 235 jika saat ini harganya melorot ke Rp 230.

Jika Anda tidak percaya, silakan periksa lima saham utama dari reksadana saham yang ditawarkan di pasar. Hampir pasti lima saham utama yang jumlah keseluruhannya mencapai 50% portofolio reksadana itu adalah saham perusahaan bagus yang berkapitalisasi besar yang masuk dalam LQ-45 seperti ASII, BBCA, BMRI, BBRI, dan UNVR, PGAS, TLKM, dan lainnya.

Inilah sebabnya kinerja reksadana saham umumnya akan berada di sekitar pertumbuhan indeks LQ-45 atau IHSG. Hanya reksadana saham yang berani menyimpang dari praktik mainstream ini yang dapat berkinerja jauh di atas indeks LQ-45 dan IHSG, sekaligus jauh di bawah kedua indeks itu jika pilihan sahamnya ternyata meleset.

Selain pertimbangan utama di atas, mana yang sebaiknya dipilih juga tergantung tiga faktor lain. Pertama, tujuan investasi Anda. Jika target Anda hanya 15% per tahun, saham jelek dari perusahaan bagus yang lebih cocok. Tetapi kalau target return Anda 30% atau lebih, saran saya adalah memilih saham bagus dari perusahaan jelek.

Namun, Anda harus lebih berhati-hati karena biasanya saham yang menjanjikan potensi keuntungan tahunan 30% atau lebih, risikonya juga tinggi.

Penjelasan gampangnya adalah, pada saat terjadinya resesi atau rush, saham dari perusahaan bagus umumnya lebih tahan goncangan. Investor akan cenderung untuk melepas saham perusahaan jelek lebih dahulu. Data di BEI beberapa tahun terakhir mendukung pandangan ini. Di luar emiten Grup Bakrie yang mendominasi top losers tahun 2012, 10 saham yang mengalami kenaikan dan penurunan terbesar umumnya adalah perusahaan jelek, dilihat dari kecilnya kapitalisasi pasar.

Kedua, yang juga tidak boleh dilupakan adalah faktor periode investasi. Apakah Anda membeli saham dan berniat memegangnya bertahun-tahun atau hanya dalam hitungan beberapa bulan hingga setahun ke depan? Untuk jangka panjang, saran saya adalah membeli perusahaan bagus.

Jika membeli saham bagus dari perusahaan jelek, Anda tidak boleh melupakan satu hal yaitu melakukan evaluasi atas investasi Anda itu, minimal dua kali setahun. Membeli saham bagus dari perusahaan jelek memang tidak bisa memberikan Anda tidur nyenyak seperti memegang saham perusahaan bagus.

Terakhir, strategi investasi Anda juga ikut menentukan saham mana yang sebaiknya dikoleksi. Jika Anda bermain saham secara aktif, memilih saham bagus dari perusahaan jelek dapat Anda lakukan. Sebaliknya, jika Anda cenderung pasif, saran saya pilihlah skenario aman yaitu mengumpulkan saham jelek dari perusahaan bagus. 



TERBARU

×