Reporter: Yohanis Hans Kwee | Editor: hendrika.yunaprita
Harga (price) dan nilai (value) ada dua istilah yang sangat penting dalam investasi atau trading di pasar modal. Price adalah jumlah atau satuan mata uang yang dibayarkan untuk mendapatkan sebuah saham, sedang value adalah manfaat atau nilai yang didapat atas pembelian saham tersebut.
Bagi para fundamentalis, value adalah hal terpenting, karena dalam jangka panjang harga sebuah saham akan menuju value yang diberikan. Karena itu, para fundamentalis mencari berapa value dari sebuah saham dan kemudian mencari saham mana yang mengalami mispriced atau salah harga. Konsep ini sangat benar bila dilakukan dalam jangka panjang.
Di sisi lain para analis teknikal lebih percaya pada price, karena keyakinan the market discount everything. Artinya harga saham di pasar telah mencerminkan semua hal yang ada, termasuk faktor fundamental. Dalam memutuskan membeli atau menjual sebuah saham, pelaku pasar dianggap sudah mempertimbangkan semua faktor, termasuk nilai saham tersebut.
Selain itu, keuntungan dalam bertransaksi di pasar saham adalah selisih antara harga pembelian dan harga penjualan. Karena itu, price adalah komponen yang sangat penting dalam transaksi jangka pendek, karena yang dicari adalah selisih harga.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan kenapa harga menjadi penting adalah, para fundamentalis mempunyai kepercayaan nilai yang berbeda atas sebuah aset atau surat berharga. Hal inilah yang membuat di pasar terjadi transaksi, karena ada perbedaan pandangan tentang value, serta ada aktivitas mengekor di pasar.
Para fundamentalis juga memperhatikan harga saham, karena yang dicari adalah selisih harga dan nilai yang didapatkan. Sehingga dalam jangka pendek dan jangka panjang, harga saham menjadi faktor penting baik dalam trading maupun investasi saham. Tetapi, bagaimana harga terbentuk dan apa yang memotivasi harga terbentuk menjadi sebuah misteri bagi sebagian pelaku pasar.
Kajian market micro structure atau struktur mikro pasar berusaha menjawab hal tersebut dengan membelah dan menjabarkan harga saham di pasar dari komponen terkecil. Semua pelaku pasar, baik fundamentalis maupun bukan, melihat harga di pasar dan melakukan aksi atas harga tersebut. Sedang teknikal analis juga mengambil sebagian komponen harga tersebut, yaitu harga pembukaan (open), harga tertinggi (high), harga terendah (low) dan harga penutupan (close) untuk membuat keputusan.
O Hara (1995) menyatakan market micro structure adalah sebuah teori yang membahas pembentukan harga saham di pasar berdasarkan aturan perdagangan yang ada. Dari pernyataan di atas, maka harga saham terbentuk karena aturan perdagangan yang dibuat oleh otoritas bursa.
Aturan perdagangan yang dibuat otoritas mempengaruhi flow order dari pelaku pasar. Flow order tersebut membentuk antrean beli (bid) dan jual (ask) yang menunjukkan minat pelaku pasar. Kemudian transaksi terjadi ketika terjadi perubahan minat pelaku pasar, yang bisa terjadi di antrean bid maupun ask.
Kajian struktur pasar mikro juga mempelajari tick transaksi yang terjadi di pasar, di mana bila harga terjadi di antrean bid artinya minat jual meningkat. Sedang bila terjadi di ask, menandakan minat beli meningkat.
Harga juga dapat dikaji dari segi volume, value dan frekuensi transaksi selama jam perdagangan. Ada pola transaksi di mana pagi hari transaksi lebih ramai, baik secara frekuensi maupun value. Hal yang sama terjadi juga di sore hari menjelang pasar tutup.
Selain aturan perdagangan, terbentuknya harga harus dipelajari dari motivasi para pelakunya. OHara (1995) mengelompokkan proses formasi harga menjadi tiga model yaitu inventory based model, information based model dan strategic based model.
Model berdasarkan persediaan atau inventory based model terjadi ketika di pasar terdapat market maker yang jadi liquidity provider sebuah saham. Jadi ada spesialis yang secara aktif membentuk bid dan ask di pasar dengan tujuan menjamin saham tetap likuid. Spesialis berperan menyeimbangkan penawaran yang masuk agar spread (selisih bid dan ask) terjaga.
Tentu spesialis punya keterbatasan, yaitu inventory yang dimiliki serta biaya transaksi. Seorang market maker tidak boleh kehabisan inventory, baik saham maupun uang. Market maker juga bertujuan menghasilkan profit yang optimal.
Dari beberapa poin di atas, market maker membuat strategi mengirim order ke pasar, memperlebar atau menipiskan spread untuk mengisi order list di pasar. Di Indonesia, beberapa pihak percaya di beberapa saham ada bandar yang memerankan fungsi ini, biarpun tidak dapat dibuktikan secara pasti.
Model berdasarkan informasi (information based model) mengasumsikan harga terbentuk karena flow dari informasi yang ada di pasar. Informasi positif yang mempengaruhi fundamental perusahaan cenderung mendorong harga saham naik, sedangkan informasi negatif berpengaruh sebaliknya.
Di pasar ada informasi yang benar, ada juga rumor atau informasi yang salah. Aliran informasi yang masuk ke pasar, bila diasumsikan acak, maka akan membentuk pola harga yang acak. Konsep Fama (1970) tentang hipotesis pasar efisien menyatakan kecepatan mendapatkan informasi serta respons pelaku pasar mempengaruhi harga sebuah saham.
Model berdasarkan strategi (strategic traders model) mengasumsikan ada dua tipe pelaku pasar, yaitu informed trader dan uninformed trader. Informed trader mempunyai informasi tentang value perusahaan dan memanfaatkan informasi tersebut untuk mendapatkan keuntungan.
Uninformed trader dianggap noise trader yang bertransaksi tanpa satu arahan yang jelas. Akibat kehadiran dua tipe pelaku pasar ini maka harga terbentuk di pasar.
Jadi sekarang perlu disadari harga saham terbentuk bukan hanya karena aturan perdagangan, tetapi motivasi dari pelaku pasar.