kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Mari Belajar dari DuckDuckGo

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar, bisnis, berbasis di California


Kamis, 08 Maret 2018 / 21:51 WIB
Mari Belajar dari DuckDuckGo

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Anda pasti pengguna Google, si search engine termasif di dunia. Google berskala raksasa dan masif dengan kapasitas tracking dan analitis mendetail. Pernahkan Anda menggunakan mesin pencarian (search engine) DuckDuckGo?

DuckDuckGo dikenal dengan fiturnya yang tidak merekam (track) informasi browsing dan identitas pengguna search engine. Jadi browsing Anda confidential, tidak menjadi bagian dari data set siapapun. DuckDuckGo adalah antitesis Google.

Di tahun 2015 saja, tiga miliar sesi pencarian (search sessions) telah dilakukan oleh para pengguna DuckDuckGo. Mesin pencari ini diprediksikan akan menjadi semakin populer, mengingat pare penggunai internet semakin dewasa dan paham makna privasi dan kriminal identitas (identity crime).

Dalam artikel ini, kita bahas bagaimana pendiri DuckDuckGo Gabriel Weinberg meretas traksi (traction hacking) sebagai inti dari startup growth. Traksi sdapat diterjemahkan secara bebas sebagai bukti kuantitatif bahwa sesuatu terbukti bekerja dengan memuaskan.

Metriksnya bisa jumlah pengguna (user) dan pengguna berbayar (paid user). Juga volume trafik dan engagement pengguna (like, share, comment, dan lain-lain). Tergantung model bisnis dan revenue model yang digunakan startup.

Tentu traksi DuckDuckGo mengandalkan trafik yang masuk, karena dari trafik inilah, ada konversi menjadi pengguna (user). Berapa persentase (conversion rate) dari trafik menjadi sales leads, tergantung dari kualitas trafik (general atau niche), kualitas copy (copywriting conversion power) dan kualitas produk yang sesuai atau melebihi harapan pengguna.

Startup yang "benar-benar startup," menurut Paul Graham pendiri akselerator startup Y Combinator, adalah bisnis yang didesain untuk berkembang pesat." Jadi, suatu bisnis baru belum tentu merupakan startup.

Startup harus ada elemen mampu berkembang pesat. Karena traksi adalah growth, maka dalam startup harus ada traksi. Without traction, a business would die and is no longer a startup.

Pendiri DuckDuckGo Gabriel Weinberg menggunakan 19 kanal traksi dengan sangat strategis. Anda pasti pernah mendengar apa saja kanal-kanal tersebut. Bukan hal-hal baru, tapi strategi penggunaannya sebagai peretas traksi inilah yang perlu dijadikan benchmark.

Sebanyak 19 kanal traksi tersebut: blog-blog niche, publisitas konvensional, publisitas non-konvensional, search engine marketing, iklan berbayar di sosmed, iklan berbayar offline, search engine optimization (SEO), content marketing, email marketing, engineering marketing (memberi free tools), viral marketing, business development (partnership dengan bisnis lain dalam nuansa win-win), sales, affiliate programs, platform eksisting, trade shows, offline events, speaking engagements dan community building.

Oke mengenal kanal-kanal saja belum menjamin sukses traksi startup Anda. Karena ini semua perlu strategi jitu dan eksekusi taktik mendetail. Awali dengan proporsi yang tepat 50:50 antara aktivitas-aktivitas product development dan aktivitas-aktivitas traksi. Jadi, resources (uang, waktu dan sebagainya) dibagi dua, karena pengembangan produk tidak ada arti tanpa traksi dan sebaliknya.

Kuncinya, mengembangkan produk tanpa traksi adalah sia-sia. Minimal empat skenario perangkap yang perlu dipertimbangkan.

Satu, produk sesuai keinginan konsumen, tapi business model dan revenue model belum memadai, sehingga revenue belum masuk optimal. Biasanya untuk produk-produk yang tidak biasanya berbayar, sehingga konsumen malas membayar untuk produk serupa.

Dua, produk sesuai keinginan konsumen tapi tidak cukup jumlah konsumen untuk mencapai critical mass sehingga profit membuat bisnis sustainable. Biasanya untuk produk-produk super eksklusif dan niche yang sangat kecil.

Tiga, produk bisa saja didesain sebagaimana keinginan konsumen. Tapi mencapai konsumen membutuhkan resources yang sangat besar. Inefisiensi dalam mencapai konsumen merupakan batu sandungan besar mendapatkan profit. Biasanya ini untuk produk-produk yang perlu direct sales force masif.

Empat, produk bisa saja didesain sebagaimana keinginan konsumen, tapi telah banyak kompetitor Dalam kondisi pasar yang hiperkompetitif, bersaing untu mendapatkan konsumen tidak cost-efficient. Jadi, jangan sekali-kali terperangkap pokoknya produk kami luar biasa bagus, sehingga tidak ada kompetitor yang mampu halangi dan pasti laris. Karena pola pikir seperti ini merupakan perangkap startup.

Fokuskan energi kerja 50% ke pengembangan produk dan 50% ke traksi merupakan formula ideal. Untuk memudahkan kuantifikasi, gunakan man hour alias "jam manusia" sebagai metriks, bukan kapital finansial.

Dengan traksi yang bekerja secara otomatis atau semi-otomatis, Anda membangun aliran cold leads yang diharapkan berkonversi menjadi warm leads dan konsumen berbayar. Selamat bertraksi ria dengan 19 kanal yang disarankan oleh pendiri DuckDuckGo.



TERBARU

×