kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Filosofi Pengangon Bebek dan Saham

oleh Lukas Setia Atmaja - Financial Expert Prasetya Mulya Business School


Selasa, 27 Maret 2018 / 15:52 WIB
Filosofi Pengangon Bebek dan Saham

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: hendrika.yunaprita

Acknowledgment: Sebagian informasi tentang Andi Wijaya dan Prodia di artikel ini diambil dari buku "Impian Besar Si Pengangon Bebek" karya Eka Budianta, yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia.

Salah satu hal yang saya syukuri dari Tuhan adalah bisa bersahabat dengan dua orang yang memiliki kepribadian luar biasa, Andi Wijaya (AW) dan Lo Kheng Hong (LKH). Banyak hal yang bisa dipelajari dari kedua tokoh ini.

AW adalah seorang cendekiawan dan pebisnis yang sukses membangun industri pelayanan laboratorium klinik pertama di Indonesia, Prodia. Bermula dari sebuah laboratorium sederhana 45 tahun silam di Solo, kini Prodia telah menjadi perusahaan publik, yakni PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA). Prodia melayani jutaan pelanggan dengan pendapatan lebih dari Rp 1 triliun setahun dan termasuk salah satu dari enam laboratorium klinik terbesar di dunia.

LKH adalah seorang investor sukses di pasar modal. Orang-orang menjulukinya Warren Buffett of Indonesia karena kemiripannya dalam hal kesuksesan serta strategi investasi saham yang digunakan.

Pada saat berusia 11 tahun, AW suka memelihara bebek. Ia mempunyai 37 ekor bebek yang setiap weekend ia gembalakan di kali Garang, kaki Gunung Ungaran. Bebek-bebek tersebut selalu berbaris rapi dan AW memberi tanda karet gelang pada bebek yang berjalan paling depan.

Rupanya pemimpin rombongan bebek sering berganti-ganti. AW mengagumi sistem kepemimpinan komunitas bebek. Kita harus belajar dari falsafah bebek. Rukun, produktif, saling melindungi, sabar dan menjadi kepentingan bersama, kata dia.

LKH dibesarkan di Jakarta yang miskin sawah dan bebek. LKH membangun filosofi investasi sahamnya dari Warren Buffett. Lemari di perpustakaan pribadinya penuh dengan buku-buku tentang Warren Buffett. Sebagian besar telah ia baca berulang kali dan terapkan dalam berinvestasi. Filosofi Warren Buffett adalah tekun mencari saham atau bisnis yang bagus tapi salah harganya (kemurahan), beli dan sabar menunggu hingga harga sahamnya melambung tinggi.

Desember tahun lalu saya menemani LKH mengunjungi AW di kantor Pusat Prodia di Kramat Raya, Jakarta. Keduanya ngobrol dari pagi hingga sore. Dari isu layanan kesehatan hingga ke strategi investasi saham. AW lalu mengajak LKH melihat fasilitas laboratorium klinik Prodia, termasuk layanan kesehatan masa depan, Stem Cell. LKH sempat terpana ketika melihat sebuah alat seukuran sebuah printer, namun harganya Rp 8 miliar. Alat tersebut untuk mendukung layanan screening kesehatan menggunakan teknologi next generation sequencing.

Ada kesamaan yang mencolok antara AW dan LKH. Keduanya kaya, namun sangat sederhana hidupnya. Saat berada di Jakarta, AW sejatinya bisa menginap di hotel bintang lima, tetapi ia setia menginap di sebuah hotel sederhana di dekat Kantor Pusat Prodia. LKH selalu tampil sederhana dan bepergian dengan mobil sedan tua yang harganya di bawah Rp 100 juta.

Ketika ditanya untuk apa kesuksesan finansial yang dicapai oleh Prodia, AW menjawab polos. Untuk membuat laboratorium yang lebih baik, untuk menyekolahkan karyawan supaya lebih sukses lagi, ujar dia.

Kesamaan lainnya adalah keduanya tidak pelit berbagi ilmu. Pak Andi senantiasa memberikan training dan coaching, baik setelah membaca, sepulang dari luar negeri, hingga sesudah menghadiri seminar, kata Endang Hoyaranda, yang memimpin holding Prodia Group.

AW juga seorang dosen yang hingga hari ini masih mengajar dan membimbing mahasiswa pascasarjana, serta mempublikasikan karya risetnya di jurnal-jurnal ilmiah internasional. Prodia melakukan kerjasama dengan berbagai universitas, 21 fakultas kedokteran dan 1 fakultas farmasi. Prodia juga mendirikan PERI (Prodia Education and Research Institute). Sekian persen dari keuntungan Prodia digunakan untuk membantu program riset, publikasi ilmiah dan beasiswa.

Adapun LKH dikenal sangat dermawan dalam hal berbagi ilmu investasi saham. Ia menjadi pembicara di acara seminar tentang saham yang diadakan oleh berbagai universitas di seluruh Indonesia. Ia, misalnya, akhir tahun lalu pergi hingga ke Timika, Papua, untuk sosialisasi investasi saham. Di Universitas Prasetiya Mulya tempat saya mengajar, LKH setia hadir sebagai pengajar tamu setiap semester di kelas investasi sejak lima tahun silam.

AW dan LKH sama-sama rendah hati. Meski sukses di bidangnya masing-masing, keduanya jauh dari kesan sombong. Jika dipuji orang atas prestasinya, LKH selalu mengembalikannya kepada Yang Di Atas. Berkat Tuhan, kata dia. Saya yakin kerendahan hati mereka ini menjadi salah satu kunci sukses mereka, membuat ilmu mereka bertambah hebat.

AW dan LKH memiliki kesamaan dalam hal kesabaran. AW membesarkan Prodia dengan penuh ketelitian dan kesabaran sesuai filosofi angon bebek, sedangkan LKH membangun portofolio sahamnya dengan analisis yang teliti dan kesabaran tinggi dalam angon saham.

Walau banyak kesamaan, ada satu hal yang membedakan mereka. AW menasehati kita untuk bermimpi besar. "Kalau bermimpi, mimpilah yang besar karena sama-sama tidak bayar," ujar dia. Sedangkan LKH cenderung tidak berani bermimpi besar. LKH bercerita kepada AW, dulu ia hanya berani bermimpi punya rumah di daerah pinggiran di Jakarta.

Pembaca yang budiman, untuk meraih sukses dalam hidup ini, baik sebagai investor maupun bidang lainnya, kita butuh filosofi, selain pengetahuan dan ketrampilan. Belajarlah untuk hidup sederhana, rajin berbagi kepada sesama, rendah hati, seksama dan sabar. Semoga mimpi besar Anda bisa menjadi kenyataan.



TERBARU

×