kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Belajar dari Perjalanan Yahoo!

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar, bisnis, berbasis di California


Jumat, 06 Juli 2018 / 08:00 WIB
Belajar dari Perjalanan Yahoo!

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Jauh sebelum Google menjadi raksasa yang menggurita dunia maya, Yahoo! pernah merajai dunia internet. Bagaimana kabar Yahoo! sekarang? Masih adakah harapan baginya untuk kembali merajai dunia internet?

Terhitung 16 Juni 2017, Altaba Inc, yang berbasis di New York City, telah mengakuisisi Yahoo!. Ticker YHOO di bursa saham kini tidak ada lagi dan telah tergantikan oleh ticker Altaba yaitu AABA.

Bagaimana metamorfosis Yahoo! dari awal pendirian hingga hari ini? Pendiri Yahoo! adalah dua pemuda bernama David Filo dan Jerry Yang. Awalnya, mereka hanya membangun situs sederhana berisi link situs-situs pada masa itu yang masih belum terorganisasi dengan baik. Nama situs mereka cukup unik dan lugu, yakni David and Jerry's Guide to the Internet.

Ternyata situs sederhana tersebut meledak dengan 50.000 pengunjung per hari. Jadilah situs tersebut berganti dengan domain yang mudah diingat. Yahoo adalah singkatan dari "Yet Another Hierarchical Officious Oracle."

Pada tahun 1995, pengunjung Yahoo mencapai satu juta klik per hari. Alhasil infrastruktur hosting Stanford University tidak lagi memadai. Dengan suntikan dana dari Sequoia Capital, Mike Moritz dan Tim Koogle bergabung sebagai CEO dan chairman.

Yahoo! 2.0 yang dikelola secara profesional itu menjadi "tempat pemasangan iklan" karena tingginya pengunjung per hari. Reuters mulai menerbitkan artikel di sana dengan biaya US$ 20.000 per bulan.

Pada tahun 1998, revenue melampaui US$ 200 juta dan julah klik mencapai 6 juta per hari. IPO pun digelar pada tahun 1996 dengan nilai kapitalisasi US$ 848 juta. Lalu pada tahun 1999, market value Yahoo! mencapai US$ 23 miliar.

Sayangnya, revenue model Yahoo! itu-itu saja, alias menjadi tempat pemasangan iklan. Tanpa inovasi berarti, tujuan Yahoo! semata-mata hanya demi mengejar revenue dari iklan.

Pada tahun 1999, startup Drugstore.com mengucurkan dana US$ 25 juta per tahun untuk beriklan di Yahoo!. Hal itu lantas meningkatkan nilai IPO mereka.

Yahoo! sebagai tempat pemasangan iklan startup, kemudian "kena batunya" karena tidak semua startup punya reputasi bagus. Akibatnya, pengguna pun berangsur-angsur meninggalkan Yahoo!.

Selain itu, ada kesalahan-kesalahan Yahoo! lain yang dapat kita jadikan bahan pembelajaran. Satu, kesalahan terbesar Yahoo! adalah tidak menerima tawaran Larry Page yang menyodorkan Google hanya seharga US$ 1 juta. Beberapa tahun kemudian, Yahoo! menyesal dan melamar Google dengan tawaran US$ 60 miliar di 2002. Namun, Google menolak.

Dua, 400 jenis produk yang ditawarkan Yahoo! terlalu membingungkan konsumen. Tidak ada satu unique value proposition (UVP) Yahoo! yang jelas. Ada Yahoo! Finance, Media, listing iklan, dan 397 jenis produk lain yang kurang popular.

Kalau Google dikenal sebagai search engine dan eBay adalah tempat pelelangan, Yahoo! apa ya? Tempat listing iklan? Tempat membaca berita? Atau apa?

Tiga, terlalu banyak eksekutif yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Alhasil tidak ada satu individu yang bertanggung jawab. Beberapa kali manajemen berganti, tanpa hasil nyata kontribusi mereka.

Empat, fokus baru ke mobile internet atas saran CEO terbaru Marrisa Mayer. Dengan pengalaman user experience interface design (UI) di Google, ia mengutamakan bagaimana Yahoo! dapat menjadi the best app for mobile. Sayangnya, Yahoo! terlambat masuk.

Lima, Yahoo! Media sebenarnya cukup berhasil dengan revenue US$ 5 miliar per tahun. Namun, di bawah kepemimpinan Mayer, divisi media tidak berkembang karena pengalaman Mayer yang minim.

Misalnya, Gwyneth Paltrow yang sangat berhasil dengan buku masakan best-selling-nya pernah ditolak Mayer sebagai editor, dengan alasan Paltrow tidak pernah duduk di bangku perguruan tinggi. Dalam konteks bisnis media, Mayer termasuk buruk track record-nya.

Enam, Yahoo! Mail versi baru telah dirilis meskipun belum siap. Akibatnya banyak masalah saat penggunaan. Para pengguna email Yahoo! banyak yang meninggalkan emailnya.

Tujuh, aplikasi Yahoo! tidak menarik cukup trafik. Yahoo! gagal masuk ke pasar mobile internet yang telah lama dikuasai oleh Apple iOS dan Android. Kedua platform itu sudah punya pengguna evangelis yang fanatik.

Perjalanan bisnis Yahoo! yang fantastis di era Web 1.0 kini telah bermetamorfosis menjadi situs tua yang masih eksis tapi kurang greget. Berbagai masalah manajemen, product development dan revenue model menjadi penghambat perkembangan di era Web 2.0 dan Web 3.0.

Sungguh, ini menjadi pelajaran yang berharga.



TERBARU

×