kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Memahami Konsep Investasi

oleh Yohanis Hans Kwee - Komisaris Utama PT Investa Stellar Dana Kelola


Jumat, 06 Juli 2018 / 10:00 WIB
Memahami Konsep Investasi

Reporter: Yohanis Hans Kwee | Editor: hendrika.yunaprita

Investasi bukanlah kata yang asing bagi orang-orang. Tetapi tidak semua orang paham apa sebenarnya konsep yang mendasari sehingga seseorang melakukan investasi.

Semua orang yang hidup punya kebutuhan yang harus dipenuhi, mulai dari makan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan lain-lain. Hal-hal ini dianggap konsumsi, karena untuk mendapatkan hal tersebut orang harus mengeluarkan sejumlah sumber daya tertentu.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia membutuhkan uang. Seseorang bisa membelanjakan semua uang yang diperoleh, dengan asumsi ke depan dia bisa menghasilkan kembali uang dengan jumlah yang sama, atau bahkan lebih banyak.

Tapi tak selamanya orang bisa bekerja sesuai rencana, entah karena usia atau kondisi yang tidak diinginkan, misalnya bangkrut. Karena itu, orang lantas membuat pencadangan atas pendapatan, agar bisa dipakai ketika kondisi di atas terjadi.

Dana hasil pencadangan tadi disimpan atau dikelola pada proses produksi atau bisnis agar bertambah banyak di masa yang akan datang. Proses produksi yang menciptakan barang dan jasa, di mana di dalamnya terkandung keuntungan atau upah atas jerih payah yang dikeluarkan, dapat disebut sebagai kegiatan produktif. Konsep inilah yang menjadi dasar terjadinya investasi.

Robinson Crusoe pernah melakukan kajian terkait hubungan atara konsumsi dan investasi. Di mana ketika seorang tinggal sendirian di sebuah pulau, orang tersebut melakukan produksi dan mengonsumsi sendiri hasil produksinya. Orang tersebut dapat memilih melakukan konsumsi sekarang atau di masa depan.

Brealey dan Myers (2006) menyatakan, investasi adalah konsumsi yang ditunda dengan harapan akan datang konsumsi yang lebih besar di masa. Orang menunda konsumsi saat ini, lalu memakai uang konsumsi tersebut untuk diinvestasikan. Harapannya, ada hasil dari investasi untuk memenuhi konsumsi yang lebih besar di masa depan.

Di sini terdapat pilihan apakah orang tersebut melakukan konsumsi atau investasi. Contoh, bila seseorang punya dana Rp 110 juta saat ini, orang tersebut bisa memilih menggunakan semua duitnya untuk dikonsumsi atau menginvestasikan keseluruhannya. Dalam praktiknya, tentu orang tersebut tidak membuat pilihan ekstrim, tetapi memilih mengonsumsi sebagian dana dan menginvestasikan sisanya.

Bila orang tersebut masih mendapat penghasilan yang sama tahun depan, lalu dengan asumsi bunga pinjaman dan investasi sama-sama 10%, maka pilihan orang tersebut menjadi bertambah. Orang tersebut bisa memilih menginvestasikan seluruh pendapatan tahun ini dan mengonsumsinya di tahun depan, sehingga dana yang tersedia untuk dikonsumsi menjadi Rp 231 juta.

Pilihan lain, orang tersebut meminjam seluruh pendapatan yang akan diperoleh tahun depan dengan membayar bunga 10% dan mengonsumsinya sekarang. Bila ini yang terjadi maka konsumsi saat ini yang dapat dilakukan adalah sebesar Rp 210 juta. Hitungannya, uang masa depan yang dipinjam Rp 110 juta, pembayaran bunga Rp 10 juta plus dana tahun ini yang tersisa, yakni Rp 100 juta.

Setelah memahami konsep investasi, sekarang pertanyaannya adalah: kenapa orang melakukan investasi dan apa motif yang mendasari? Ada beberapa alasan dan motif orang berinvestasi. Pertama adalah melakukan proteksi atas aset dari kenaikan harga-harga atau inflasi.

Inflasi atau kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa membuat seseorang harus berinvestasi dengan pendapatan yang lebih besar dibandingkan inflasi. Bila ini tidak dapat terpenuhi, di mana kenaikan pendapatan dan investasi kalah dibandingkan kenaikan inflasi, maka banyak orang memilih meminjam uang untuk membeli aset atau barang yang akan dikonsumsi.

Sebagai contoh, karena faktor inflasi yang tinggi pada harga rumah, banyak orang yang meminjam uang atau melakukan kredit untuk membeli rumah. Harga rumah yang relatif mahal dan selalu naik lebih tinggi dari tahun ke tahun, membuat pilihan meminjam pendapatan di masa depan jadi logis. Tentu dengan konsekuensi harus membayar bunga

Kedua, adanya kenaikan konsumsi di masa depan. Faktor ini bisa terjadi karena adanya kenaikan harga barang dan jasa di masa depan, sehingga perlu investasi dengan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga barang tersebut.

Bila hal ini terjadi, maka selain bisa melakukan konsumsi barang tersebut di masa depan, seseorang juga mendapatkan keuntungan hasil investasi. Selain itu ada tuntutan sosial sehingga seseorang perlu menaikkan standar hidupnya. Hal ini membuat konsumsi seseorang akan lebih tinggi dari tahun ke tahun.

Kehidupan sosial membuat orang dihargai dari standar hidup orang tersebut. Hal inilah yang lantas memaksa konsumsi seseorang naik di masa depan. Oleh karena hal tersebut, seseorang dipaksa melakukan investasi agar bisa memenuhi kebutuhan konsumsi di masa depan yang meningkat.

Motif ketiga adalah tidak selamanya seseorang mendapatkan penghasilan di masa yang akan datang. Ketidakpastian di masa depan membuat kondisi ekonomi dapat berubah. Selain itu pertambahan usia memaksa seseorang pensiun.

Hal ini sudah penulis jelaskan di awal tulisan. Hal inilah yang lantas membuat seseorang perlu melakukan investasi. Dengan demikian, hasil dari investasinya dapat digunakan ketika orang tersebut menghadapi periode sulit, misalnya ketika kondisi ekonomi memburuk atau ketika orang tersebut pensiun.

Setelah memahami konsep dan motivasi berinvestasi, maka penundaan konsumsi untuk dialihkan ke investasi menjadi sebuah pilihan yang masuk akal.



TERBARU

×