kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Kisah Red Bull si Banteng Merah

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar, bisnis, berbasis di California


Minggu, 08 Juli 2018 / 09:25 WIB
Kisah Red Bull si Banteng Merah

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Mereka yang perlu begadang untuk belajar ujian esok hari pasti pernah minum energy drink Red Bull alias si Banteng Merah. Diciptakan di Thailand oleh Chaleo Yoovidhya di tahun 1976 sebagai Kratingdaeng, minuman ini memberi energi instan bagi para peminumnya. Sehingga cocok bagi mereka yang bekerja di tengah malam, seperti para supir truk antarkota dan pekerja pabrik.

Terhitung sejak tahun 1987 silam hingga hari ini, sekitar 62 miliar kaleng Red Bull telah dikonsumsi. Dunia mencintai tonik energi bermerek dua banteng merah ini.

Di tahun 1982, seorang Jerman bernama Dietrich Mateschitz mengunjungi Thailand dan menemukan Kratingdaeng menyembuhkan jetlag-nya. Jadilah bekerja sama dengan Chaleo di tahun 1984 untuk menjadikan Kratingdaeng merek internasional Red Bull.

Chaleo dan Dietrich masing-masing mengeluarkan dana US$ 500.000 untuk 49% saham. Sisa 2% diberikan kepada putra Chaleo bernama Chalerm.

Namun semua sepakat bahwa Dietrich yang akan menjalankan perusahaan. Red Bull sendiri diluncurkan di Austria tahun 1987.

Red Bull diposisikan sebagai minuman kelas atas, dengan mentargetkan para pemain ski di Eropa. Kratingdaeng diposisikan untuk kaum pekerja. Perbedaan utama dua merek ini adalah harga yang disesuaikan dengan target market.

Di tahun 1992, Red Bull berekspansi di Eropa dan lima tahun kemudian melakukan penetrasi di California. Timur Tengah dibidik pada tahun 2000. Baik Chaleo maupun Dietrich kini dikenal sebagai salah satu miliarder di dunia dengan net worth mencapai US$ 5 miliar.

Merek Red Bull dan Kratingdaeng sendiri serupa, tapi tidak identik. Dan di berbagai negara Asia, seperti China dan Indonesia, dua merek ini dapat ditemukan berdampingan di supermarket.

Di Negeri Panda, ternyata keduanya diterjemahkan sebagai Banteng Merah dalam karakter Bahasa China, sehingga dua merek ini membingungkan. Di Indonesia sekalipun, sering kita menemukan konsumen yang "bingung" apakah kedua produk tersebut sama.

Dari segi rasa, Red Bull lebih berkarbonasi dan tidak semanis Kratingdaeng. Rasa Red Bull lebih sesuai untuk target market penggemar olah raga sedangkan Kratingdaeng lebih digemari mereka pekerja kerah biru.

Red Bull dan Kratingdaeng saat ini menggemparkan dunia. Mereka menciptakan kategori minuman baru: energy drink. Saingan berat bagi kopi.

Mereka mensponsori acara Formula One dan  kompetisi mountain biking dan parasut. Berbagai kompetisi dan atlet profesional disponsori oleh minuman energi ini.

Yang luar biasa dari Red Bull selain menciptakan kategori baru bagi minuman adalah kekuatan promosi kreatif sebagai media baru. Ya, mereka menciptakan berbagai event olahraga yang disponsori oleh sponsor tunggal, seperti Crashed Ice dan Flugtag (Fly Day) yang agak nekat dan lucu.

Banyak peserta Flugtag (Fly Day) yang khusus datang dari berbagai negara dan membawa peralatan terbang orisinal mereka. Acara-acara olah raga seperti ini sangat sesuai dengan moto mereka: Gives You Wings. Red Bull memberimu sayap.

Bahkan acara Flugtag (Fly Day) ini pernah mencatat rekor dunia dengan pengunjung 220.000 di Cape Town. Jumlah ini dua kali lipat pengunjung Superbowl. Hebat.

Di tahun 2002, Hansen's Beverages mulai memproduksi dan mendistribusikan kompetitor minuman serupa bernama Monster Energy dengan kaleng hitam bertulisan hijau terang. Terakhir, Monster Energy merupakan minuman resmi Nascar. Tampaknya, mereka mengikuti jejak Red Bull.

Ada tiga hal penting yang dapat kita pelajari dari kisah sukses Red Bull. Pertama, partnership dengan produk unik yang dikemas sesuai target market, bisa menjadi breakthrough.

Kedua, kekuatan media, event, dan konsumen yang paralel mampu meledakkan produk. Ketiga, produk dan merek yang mempunyai resonansi sangat baik akan berumur panjang.

Konklusinya, Red Bull bukan hanya bisnis minuman energi, tapi juga bisnis media dan event. Keduanya sangat bersinergi dengan cantik dan powerfull. Kuncinya adalah memberi "jiwa" yang sesuai produk dan merek melalui berbagai event berkarakter kuat dan patut diliput media.

Silakan berkreasi dengan produk-produk dan event-event Anda. Selamat memecahkan rekor dunia.



TERBARU

×