kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / financialwisdom

Menjaring Investor Saham

oleh Eko Pratomo - Senior Advisor PT BNP Paribas Investment Partners


Senin, 09 Juli 2018 / 09:05 WIB
Menjaring Investor Saham

Reporter: Eko Pratomo | Editor: hendrika.yunaprita

Saham, bagi banyak masyarakat Indonesia, masih belum belum menjadi pilihan investasi. Hingga akhir Desember 2017, jumlah investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) baru sekitar 1,1 juta investor. Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, rasio jumlah investor terhadap jumlah penduduk masih kurang dari 0,5%. Rasio ini masih sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara maju yang rasionya mencapai 30%.

Beragam alasan mungkin bisa diberikan oleh masyarakat untuk tidak berinvestasi secara langsung di bursa saham. Misalnya tidak paham cara berinvestasi, berisiko tinggi atau takut rugi. Bahkan tidak sedikit yang menganggap investasi saham sebagai berspekulasi, berjudi dan tidak halal.

Melihat masih sangat kecilnya rasio jumlah investor saham di bursa, berarti potensi peningkatannya masih sangat besar. Menjadi tantangan dan pertanyaan besar saat ini adalah bagaimana menjaring masyarakat agar memanfaatkan saham sebagai bagian dari investasi mereka. Jika melihat beberapa alasan masyarakat di atas, maka tantangan terbesar bagi BEI dan pemangku kepentingan lainnya adalah edukasi.

Berbagai upaya edukasi yang sudah dilakukan saat ini, misalnya kampanye Yuk Nabung Saham, sepertinya masih memerlukan evaluasi dan perbaikan. Ada pertanyaan mendasar dari masyarakat yang masih belum terjawab. Pertanyaan tersebut adalah "Mengapa harus memilih investasi saham?"

Jika ditelusuri, mungkin kebanyakan investor saham saat ini masih didominasi oleh investor yang berorientasi jangka pendek, yang memanfaatkan fluktuasi harga saham untuk meraih keuntungan. Itu pula mengapa lebih popular istilah main saham daripada investasi saham.

Untuk menjawab pertanyaan Mengapa harus memilih saham?, maka perlu mengaitkan saham sebagai salah satu instrumen untuk memenuhi kebutuhan masa depan yang harus dipenuhi, seperti memenuhi kebutuhan dana pendidikan di perguruan tinggi dan/atau dana pensiun yang perlu dipersiapkan secara pribadi.

Jadi pendekatan yang perlu digunakan adalah perencanaan keuangan jangka panjang, termasuk juga pendekatan untuk berinvestasi saham melalui reksadana. Tanpa memberikan kesadaran akan pentingnya mempersiapkan kebutuhan jangka panjang, sepertinya sulit menjaring investor secara masif.



TERBARU

×