Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi
Setiap awal tahun banyak pertanyaan terkait belanja modal sebuah perusahaan. Belanja modal dianggap punya pengaruh besar ke pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Karena itu investor saham seringkali mencermati dengan seksama berapa belanja modal sebuah perusahaan, untuk menentukan apakah perusahaan masih akan tumbuh atau cenderung tetap dalam beberapa tahun ke depan.
Seringkali belanja modal perusahaan, juga disebut capital expenditure (capex) atau capital investment, merupakan proyek jangka panjang yang melibatkan investasi dana atau uang dalam jumlah besar dan punya manfaat bagi perusahaan di jangka panjang. Bila gagal merencanakan belanja modal dengan baik, ini akan menjadi masalah bagi biaya perusahaan di masa yang akan datang.
Beberapa contoh capital investment adalah pembelian peralatan, pergantian mesin lama dengan yang baru atau implementasi teknologi baru. Selain itu bisa juga pembangunan tempat pendidikan, pembangunan pabrik baru, ekspansi ke tempat baru atau instalasi aplikasi teknologi informasi.
Tujuan dilakukan capital investment adalah profit dan efisiensi. Beberapa capital investment digunakan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Misalnya, karena pangsa pasar masih terbuka sedangkan kapasitas mesin perusahaan sudah penuh, maka perusahaan menyiapkan capital investment untuk menambah kapasitas produksi.
Selain hal di atas, belanja modal juga bisa untuk meningkatkan efisiensi. Misalnya perusahaan membeli mesin atau peralatan baru sehingga biaya perusahaan bisa turun.
Karena pentingnya belanja modal, maka ada kajian khusus yang dilakukan manajer keuangan untuk menentukan apakah sebuah proyek atau rencana layak dilakukan atau tidak. Istilahnya capital budgeting atau penganggaran modal, yang merupakan gabungan capital dan budgeting.
Capital sendiri merupakan kajian terhadap aktiva tetap yang digunakan perusahaan untuk beroperasi di jangka panjang. Sedangkan budgeting adalah rencana terperinci dari sebuah proyek, termasuk arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow) beberapa tahun yang akan datang.
Secara sederhana capital budgeting dapat dikatakan sebuah rencana belanja perusahaan untuk pembelian atau penggantian aktiva tetap di masa yang akan datang. Secara lebih lengkap capital budgeting adalah sebuah proses analisa proyek-proyek menyeluruh yang pengembangannya lebih dari satu tahun. Tujuan akhirnya adalah apakah sebuah proyek layak dimasukkan dan ke depan menjadi sebuah investasi yang layak atau tidak.
Dalam menyusun capital budgeting, ada beberapa proses yang dilakukan perusahaan. Diawali dengan strategic planning, di mana tujuan strategis sebuah perusahaan dijabarkan ke dalam kebijakan dan arahan-arahan yang lebih spesifik. Perumusan detail strategi perusahaan menjadi poin penting agar perusahaan dalam kebijakan investasinya tidak menyimpang dari rencana awal sebuah perusahaan didirikan.
Tahap berikutnya adalah identifikasi berbagai peluang investasi yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Tentu semua proyek yang teridentifikasi perlu dilakukan preliminary screening. Di sini dilakukan analisa awal terhadap opsi-opsi investasi yang sudah teridentifikasi. Fokus utama tentu adalah proyek yang akan dievaluasi ini sudah sesuai dengan strategic planning perusahaan.
Tahap terakhir adalah project analysis, di mana tim perusahaan melakukan perkiraan arus kas proyek, baik masuk maupun keluar. Kemudian proyek tersebut dianalisa melalui teknik capital budgeting, dengan keputusan akhir apakah menerima atau menolak sebuah proyek.
Dalam mempertimbangkan sebuah proyek untuk diambil atau ditolak, manajer keuangan perusahaan dan tim budgeting perlu mempertimbangkan klasifikasi proyek yang dievaluasi. Ada proyek independent, yang bila diterima atau ditolak tidak mempengaruhi penerimaan dan penolakan proyek lain.
Ada juga proyek bersifat mutually exclusive project, di mana penerimaan sebuah proyek menyebabkan penolakan proyek yang lain. Sedangkan penolakan sebuah proyek mungkin menyebabkan proyek yang lain jalan.
Contoh, perusahaan memiliki tanah seluas 10.000 m². Tanah itu bisa dibuat ruko untuk dijual atau dibuat bisnis percetakan. Bila perusahaan memutuskan membuat bisnis percetakan, maka tidak bisa membuat ruko, demikian juga sebaliknya.
Lalu ada contingent project, di mana penerimaan dan penolakan sebuah proyek tergantung dari penerimaan atau penolakan proyek yang lain. Contohnya perusahaan membuka bisnis apotek di ruko milik perusahaan yang belum laku dijual atau disewa. Bisnis ini membuka peluang perusahaan membuka tempat praktik dokter.
Tulisan ini diharapkan membuka pemahaman investor tentang belanja modal. Beberapa lembaga yang memberikan penilaian perusahaan mulai memasukkan unsur belanja modal dalam menentukan peringkat sebuah perusahaan.
Ambil contoh, di perbankan, belanja modal bank tersebut di sektor teknologi jadi perhatian. Hal ini tidak lepas dari makin gencarnya fintech, yang berpeluang mengganggu pertumbuhan bank di masa yang akan datang. Alokasi belanja modal bank di sektor teknologi dianggap langkah cerdas untuk mengantisipasi perubahan.
Sektor ritel menyiapkan capex untuk masuk bisnis online. Beberapa perusahaan ritel bersaing di bisnis online dengan membuat marketplace sendiri. Banyak juga yang menutup gerai yang dianggap kurang menguntungkan. Ada yang memindahkan lokasi gerainya.
Jadi, belanja modal menjadi sebuah titik awal bagi investor menganalisa strategi perusahaan ke depannya.
Yohanis Hans Kwee
Dosen FEB Universitas Trisakti dan MET Unika Atmajaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News