kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
KOLOM /

Debirokratisasi


Senin, 14 Januari 2019 / 14:29 WIB
Debirokratisasi


Reporter: Tabloid Kontan | Editor: Mesti Sinaga

KONTAN.CO.ID -  Seorang pemilik usaha start-up yang terus bertumbuh pernah membagikan kiat keberhasilannya kepada saya. Katanya, salah satu kunci keberhasilan perusahaan start-up terletak pada “kesederhanaannya”.

Organisasi baru umumnya sederhana dalam proses pengambilan keputusan, struktur organisasi, serta sistem dan prosedur kerja.

Tidak ada kerumitan berbelit-belit yang membuat pengambilan keputusan menjadi lamban. Struktur organisasi cenderung ramping, sehingga memudahkan komunikasi antar anggota di dalamnya.

Sistem dan prosedur kerja start-up juga ringkas, hanya terfokus kepada proses-proses inti yang sungguh-sungguh mendatangkan added-value.

Seiring dengan berjalannya waktu, organisasi pun mengalami pertumbuhan dan pembesaran. Sudah banyak studi yang menunjukkan bahwa organisasi besar dan mapan acap kehilangan kesederhanaannya.

Perusahaan seperti ini lazim mengidap sindrom kompleksitas. Semuanya menjadi rumit, berbelit-belit dan penuh komplikasi.

Singkat cerita, organisasi besar potensial melahirkan sarang birokrasi. Kalau sudah demikian, apa yang akan terjadi? Konsumen harus terlempar ke sana-sini untuk sekadar mengeluh dan memberi masukan.

Karyawan menjadi frustrasi karena pintu komunikasi tertutup oleh labirin struktur yang bertakik-takik. Bahkan, pemilik perusahaan pun bisa menjadi gusar karena mahalnya biaya usaha akibat pembengkakan organisasi.

Tentang birokrasi, pakar manajemen dari London Business School, Gary Hamel dan rekannya, Michele Zanini, menuangkan kerisauan dan pemikirannya yang provokatif dalam artikel bertajuk The End of Bureaucracy (HBR, November-December 2018).

Mengangkat contoh kasus perusahaan peralatan rumah tangga Haier, mereka menegaskan pentingnya praktik manajemen yang baru, yang tidak birokratis, dan lentur mengarungi era digital.

Sesungguhnya, kerisauan akan praktik birokrasi sudah berlangsung begitu lama. Beberapa pengamat dan penggiat perusahaan sudah merasakan kemudaratan birokrasi.

CEO Wallmart, Doug McMillon menyebut birokrasi sebagai penjahat; Charlie Munger dari Berkshire Hathaway menyebutnya serupa kanker; dan CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, juga mengamini birokrasi sebagai penyakit.

Sekalipun memiliki banyak musuh, mengapa praktik birokrasi tetap bertahan, bahkan hingga saat ini?

Hamel dan Zanini menemukan, sekalipun mendatangkan kemudaratan, pada kenyataannya birokrasi juga menciptakan kemanfaatan. 

Dengan garis wewenang dan  pengambilan keputusan yang tegas, unit-unit kerja yang terspesialisasi jelas, serta prosedur kerja yang terstandardisasi baik, birokrasi menciptakan efisiensi dalam skala yang besar.

Dan, suka tidak suka, saat lingkungan bisnis menjadi begitu kompleks dan persaingan usaha sangat kompetitif, efisiensi adalah salah satu senjata usaha terbaik bagi para pelaku bisnis.

Micro-enterprise

Namun, era digital telah melahirkan lanskap bisnis yang sama sekali berbeda.

Saat ini, postur karyawan diisi oleh tenaga-tenaga yang terampil, bukannya mereka yang tak terdidik; proses komunikasi berlangsung dengan instan dan seketika, tidak berlapis-lapis dan meliuk-liuk; irama perubahan berjalan secara eksponensial dan hipersonik, bukannya linier dan gradual.

Terutama juga, keunggulan kompetitif perusahaan masa kini  bertumpu kepada inovasi, tak lagi sekadar mengandalkan efisiensi.

Perusahaan Haier yang menjadi objek studi Hamel dan Zanini bukanlah start-up yang lahir pada era digital. Haier punya sejarah perjalanan panjang sejak tahun 1920 sebagai pabrik lemari pendingin, yang kemudian berkembang menjadi perusahaan peralatan rumah tangga modern pada tahun 1984.

Saat ini, perusahaan yang berbasis di Qingdao, China, merupakan perusahaan pembuat peralatan rumah tangga terbesar di dunia. Dengan nilai penjualan sebesar USD 35 miliar, Haier bersaing dengan perusahaan raksasa seperti Whirlpool, LG, dan Elctrolux.

Sepuluh tahun yang lalu, saat menyadari pertumbuhan perusahaan mulai melamban, CEO Haier, Zhang Ruimin melakukan revolusi praktik manajemen.

Praktik debirokratisasi dalam Haier dilakukan secara besar-besaran, yang mendorong setiap karyawan untuk bertanggungjawab secara langsung kepada konsumen, juga menjadikan mereka sebagai wirausaha yang tangguh dan enerjik.

Ekosistem hubungan dan jalur komunikasi antar karyawan, unit kerja dan mitra usaha juga dibuat terbuka, menggantikan sekat-sekat struktural yang birokratis.

Praktik micro-manage yang lazim diidap oleh struktur birokratis dan membatasi gerak langkah setiap karyawan, diganti dengan micro-enterprise yang mendorong lahirnya inisiatif dan kreativitas mereka.

Hasilnya? Kerja keras mereka selama satu dekade terakhir telah menciptakan pertumbuhan nilai penjualan rata-rata sebesar 18% per tahun dan pertumbuhan keuntungan sebesar 23% per tahun.     ◆

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×