Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda-tanda gelombang kedua infeksi virus corona mulai muncul di tengah pelonggaran lockdown. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran atas banjir produksi minyak yang tidak dapat terserap optimal.
Harga minyak turun hampir US$ 1 per barel pada awal pekan ini, karena kekhawatiran atas banjir produksi minyak dan gelombang kasus baru pandemi virus corona.
Terpantau Selasa (12/5) pukul 12.10 WIB, harga minyak WTI Crude Oil masih melemah 0,50% di angka US $ 25.27 per barel.
Kejadian ini membuat Arab Saudi akan memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari sebagai tambahan, dimulai pada 1 Juni mendatang. Total pemotongan Arab Saudi menjadi sekitar 4,8 juta barel per hari, di bawah tingkat produksi rekor April. Produksi untuk Juni sekarang akan menjadi 7,492 juta barel per hari.
Menyusul pengumuman Arab Saudi, Kuwait dan UEA juga akan menerapkan pemotongan tambahan. Kami melihat harga minyak masih berada dalam tekanan dan pemulihan masih jauh dari pasti.
Pemotongan produksi belum akan menyeimbangkan harga, namun hanya menunda kapasitas penyimpanan terisi penuh.
Lalu emiten apa saja yang diuntungkan di tengah pelemahan harga minyak ini?
Secara garis besar semua sektor akan mengalami perlambatan pendapatan pada tahun ini akibat sentimen pandemi Covid-19.
Tapi pelemahan harga minyak berpeluang menahan penurunan pendapatan pada emiten-emiten di sektor industri petrokimia, otomotif, manufaktur, dan sektor industri berbasis pembangkit listrik, di kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
Sebesar 70% komponen industri petrokimia terdiri atas minyak impor, sehingga penurunan harga minyak akan menjadi berkah bagi emiten BRPT dan TPIA.
Sedangkan untuk industri pembangkit listrik yang 70% komponen biaya produksinya terdiri atas minyak impor pun akan mendapatkan manfaat dari pelemahan harga minyak dunia.
Selain itu, sektor otomotif juga akan ikut terdampak, apalagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang akan mendorong permintaan kendaraan moda pribadi untuk menghindari penyebaran virus, sehingga akhirnya bisa menguntungkan ASII.
Dari sektor manufaktur sendiri biaya produksi yang mayoritas menggunakan bahan baku minyak juga akan menjadi lebih murah. Namun, perusahaan manufaktur masih dapat terkena risiko pembukuan kinerja yang buruk karena penjualan yang lemah akibat permintaan juga turun.
Kami telah mereferensikan saham BRPT dengan strategi trading buy on weaknes, dengan harga 1.215- 1.225 sebanyak maksimal 5% dari modal swing trading. Jual jika harga turun dari 1.150 untuk pembatasan risiko dengan perkiraan profit taking 1.370-1.400.
Di sesi pertama perdagangn hari ini, BRPT menguji resistance level awal 1.250-1.285. Kami melihat saham BRPT masih dapat menguat dengan perkiraan profit taking 1.370-1.400.
Ingin tahu di mana saja peluang dan saham-saham potensial di tengah penurunan IHSG saat ini? Temukan jawabannya di aplikasi EMTrade!
Salam profit.
Disclaimer:
Setiap pembahasan saham dalam artikel ini bersifat sebagai referensi / bahan pertimbangan, dan bukan merupakan perintah beli / jual. Setiap keuntungan dan kerugian menjadi tanggung jawab dari pelaku pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News