kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.179   1,00   0,01%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%
KOLOM /

Harga minyak kembali tertekan


Selasa, 21 April 2020 / 17:27 WIB
Harga minyak kembali tertekan
ILUSTRASI. Ellen May, Pengamat Pasar Modal dan pendiri Ellen May Institute. Foto: DOK PRIBADI


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertama kalinya dalam sejarah, harga minyak jatuh dan berada di zona negatif, yakni minus US$ 37,63 untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI). Apa yang menyebabkan harga minyak jatuh begitu dalam? 

Melimpahnya pasokan akibat pandemi telah mengakibatkan harga minyak mentah jatuh dalam 22 tahun terakhir. Harga minyak mentah kontrak berjangka pengiriman Mei acuan Negeri Paman Sam West Texas Intermediate (WTI) jatuh ke posisi negatif dan berakhir di minus US$ 37,63 per barel di bursa NYMEX.
 
Deadline perdagangan kontrak Mei yang segera berakhir pada 21 April ini, tidak dibarengi dengan banyaknya permintaan atas minyak tersebut. Ini menjadi penyebab harganya turun sedalam-dalamnya. 

Pasokan masih melimpah, tapi pembelian sangat langka, akibat aktivitas industri yang sangat berkurang karena lockdown dan physical distancing.

Sementara kontrak WTI untuk Juni turun 14,7% tetapi bertahan di US$ 22 per barel. Pasar contango mengimplikasikan bahwa pelaku pasar minyak yakin bahwa harga akan menguat ke depan, sehingga mereka memborong minyak dan menguncinya untuk dijual di masa mendatang. 

Ini menjelaskan kenapa harga kontrak WTI pengiriman Juni di level US$ 22 sedangkan kontrak WTI pengiriman Mei anjlok.

Beberapa waktu lalu kesepakatan pengurangan produksi dari AS, Arab, Rusia dan OPEC terjadi. Namun seperti diketahui sejak awal bahwa pengurangan tingkat produksi tersebut tidak menjamin harga minyak dapat stabil. 

Pengurangan tingkat produksi tersebut masih belum mampu mengimbangi antara pasokan dengan permintaan.

Merespon rekor turunnya harga minyak tersebut Presiden Trump menyebut akan membeli 75 juta barel minyak mentah dan menjadikannya sebagai cadangan strategis. Hal ini diungkapkan Trump usai harga minyak anjlok di bawah nol dolar atau negatif. 

Trump melihat ini sebagai peluang dan pengisian cadangan strategis hingga 75 juta barel ini menjadi rekor tersendiri di AS.

Stephen Schork, redaktur buletin pasar minyak The Schork Report, memperkirakan, akses ke kapasitas penyimpanan di AS akan habis dalam dua minggu ke depan. Dia memperingatkan bahwa jatuhnya konsumsi minyak negara AS bisa semakin cepat. 

Di posisi 17 April, cadangan minyak AS sudah terisi 635 juta barel, dari batas saat ini sebanyak 713,5 juta barel. Minyak disimpan di area bawah tanah di sepanjang Teluk Texas dan Louisiana, di selatan AS dengan kapasitas maksimal 727 juta barel.

Meski harga rendah, perusahaan migas tetap memproduksi minyak. Biaya untuk menutup tambang minyak yang beroperasi jauh lebih tinggi daripada terus memproduksi. 

Sedangkan, jika operasi minyak ditutup, untuk memulai produksinya kembali juga tidak mudah karena perlu biaya yang besar juga. Minyak juga tidak bisa dibuang begitu saja oleh produsen karena dampaknya yang bahaya bagi lingkungan. 

Sehingga, produsen minyak memberi insentif kepada para konsumennya. Insentifnya berupa harga negatif, ini sebagai jalan kerugian paling kecil karena produksi tidak bisa disetop.

Insentif berupa harga minus ini diberikan agar minyak bisa diambil oleh pasar. Untuk bisa diambil pasar, akan diperlukan biaya seperti menyewa storage atau tangki-tangki kapal. Dari sinilah lahir istilah "Ambil minyak malah dapat duit dari produsen."

Lalu bagaimana efeknya? Harga minyak yang negatif menandakan outlook perekonomian sangatlah lambat. Begitu pula respons pasar saham yang masih berpotensi turun. 

Saham sektor minyak dan batubara tentu saja akan dirugikan dengan harga komoditas yang tertekan. Sehingga kami sangat tidak mereferensikan saham sektor minyak dan sektor pertambangan untuk investasi jangka panjang.

Peluang pada saham sektor minyak seperti ELSA dan MEDC akan muncul ketika harga minyak mengalami rebound teknikal dan bisa kita manfaatkan untuk trading jangka pendek. Pantau live trading journal kami untuk mendapatkan update informasi terbaru.

Ingin tahu di mana saja peluang dan saham-saham potensial di tengah penurunan IHSG saat ini? Temukan jawabannya di aplikasi EMTrade!

Salam profit!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×