Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) kurang beruntung di kuartal III-2020. Di periode tersebut, emiten ini membukukan rugi sebesar US$ 229 juta, dengan pendapatan US$ 792 juta.
Secara tahunan, rugi bersih MEDC membesar dari US$ 27 juta setahun sebelumnya. Sementara pendapatan turun 18,3%, karena harga minyak dan gas turun akibat pandemi.
Meski begitu, saham MEDC masih menarik dilirik. Alasannya, Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), cucu usaha MEDC, berpotensi memberi kontribusi lebih bagi profitabilitas MEDC ke depan.
AMNT memiliki dua reserves besar di Batu Hijau dan di Elang, dengan total cadangan sekitar 30,1 miliar lbs. Apalagi, menurut analisa Goldman Sachs, harga tembaga sedang mengalami pasokan terketat dalam satu dekade terakhir.
Tahun depan permintaan tembaga diprediksi lebih besar 327.000 ton dibanding pasokan. Penyebabnya adalah aktivitas ekonomi yang mulai pulih. Di 2022, permintaan diprediksi lebih besar 153.000.
Selain itu, yang membuat prospek saham MEDC menarik adalah rencana pemerintah menyiapkan insentif fiskal bagi industri Migas. Ada beberapa insentif yang disiapkan.
Pertama, pengurangan pajak penghasilan (PPh) dari 25% menjadi 22% atau 20% dalam dua tahun ke depan, sesuai UU Cipta Kerja. Kedua, pembebasan bea masuk bandara dan berbagai fasilitas lainnya di kawasan ekonomi khusus. Ketiga, pembebasan biaya pemanfaatan barang milik negara (BMN).
Rasio utang MEDC juga perlu dicermati. Utang dibanding modal (DER) mencapai 3,67 kali, naik dari 3,48 kali. DER naik karena utang MEDC naik 7,5%.
Sedang rasio utang dibanding aset (DAR) sebesar 0,79 kali, naik dari 0,77 kali di September 2019. Rasio utang DAR MEDC masih baik, karena berada di bawah 1.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News