Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menyiapkan skenario perbaikan ekonomi pasca pandemi. Salah satu fokus pemerintah adalah mengembangkan produksi baterai lithium untuk kendaraan listrik atau electric vechile (EV).
Pengembangan dilakukan menggunakan raw material asal Indonesia yang kaya akan nikel. Komoditas ini menjadi bahan dasar utama baterai lithium.
Indonesia memiliki visi menjadi produsen pengembang baterai lithium untuk kendaraan listrik pada 2024. Hal ini menjadi potensi bagi penambang nikel Indonesia.
Pasalnya, sekitar 40% dari biaya produksi mobil listrik dihabiskan untuk baterai. Bahan baku utama pembuatan baterai ini adalah nikel dan kobalt.
Indonesia sendiri memiliki 32,7% cadangan nikel seluruh dunia, yang notabene merupakan bahan dasar baterai tersebut.
Untuk mencapai visi ini, pemerintah pada awal tahun ini mempercepat penutupan pintu keluar ekspor bijih nikel berkadar rendah, dari rencana semula di 2022. Selain itu, pemerintah akan membuka investasi bagi negara-negara lain dalam rangka membangun smelter-smelter untuk integrasi hulu ke hilir.
Menurut Koordinator Menko Kemaritiman dan Investasi, Filipina, yang memiliki cadangan nikel kedua setelah Indonesia, memprediksi cadangan di negara tersebut akan habis dalam dua tahun ke depan.
Sehingga, Indonesia akan menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang berinvestasi di sektor pengembangan baterai lithium.
Referensi INCO
Kondisi tersebut akan menguntungkan bagi PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Kami mereferensikan pembelian INCO untuk swing trading dengan pembelian maksimal di 2.950 sebanyak maksimal 5% dari modal swing trading.
Jual jika harga turun dari 2.780 untuk pembatasan risiko. Perkiraan profit taking di kisaran 3.200-3.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News