kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.934   -65,00   -0,41%
  • IDX 7.188   7,77   0,11%
  • KOMPAS100 1.103   0,19   0,02%
  • LQ45 873   -1,89   -0,22%
  • ISSI 221   1,68   0,77%
  • IDX30 446   -1,23   -0,27%
  • IDXHIDIV20 538   -0,41   -0,08%
  • IDX80 127   -0,01   -0,01%
  • IDXV30 135   -0,28   -0,21%
  • IDXQ30 149   -0,03   -0,02%
KOLOM /

Memilih Saham ESG


Rabu, 02 Juni 2021 / 09:00 WIB
Memilih Saham ESG


Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Seorang teman pemilik perusahaan yang memasok cendera mata ke sebuah perusahaan hiburan ternama di Amerika Serikat, punya cerita. Proses produksi perusahaannya secara berkala diaudit perusahaan ternama tersebut, menyangkut aspek-aspek environmental, social dan corporate governance (ESG).

Salah satu perubahan yang harus ia lakukan adalah mengubah tempat duduk para karyawan di bagian pengecatan cendera mata yang tidak ada sandaran punggungnya. Secara jangka panjang, hal ini dianggap bisa membahayakan kesehatan karyawan. Kepedulian terhadap kesehatan karyawan ini termasuk aspek penting dalam berbisnis.

Di negara maju, aspek ESG tersebut sudah banyak dimasukkan sebagai pertimbangan penilaian aset finansial maupun riil. Bagaimana dengan Indonesia? Ada tiga pihak yang bertanggung jawab atas peningkatan kualitas ESG dalam berbisnis di Indonesia: regulator, perusahaan dan masyarakat atau investor.

Regulator bisa menggunakan kekuatan peraturan untuk "memaksa" perusahaan, terutama perusahaan publik, agar menjunjung tinggi aspek ESG. Perusahaan harus taat dengan peraturan yang berlaku, dan lebih dari itu, perusahaan jjuga harus memiliki kesadaran untuk menjunjung tinggi aspek ESG karena menunjang kelanggengan perusahaan.

Masyarakat atau investor bisa mengawasi maupun mendorong perusahaan dalam hal penerapan ESG. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan konsep Socially Responsible Investment (SRI), sebuah konsep investasi yang mempunyai tanggung jawab sosial. Sebuah investasi dianggap "socially responsible" dilihat dari produk atau jasa yang ditawarkan dan cara berbisnis sebuah perusahaan.

Socially responsible investment menyukai perusahaan yang menjunjung tinggi good corporate governance dan hak asasi manusia, bersahabat dengan lingkungan, memperhatikan komunitas lokal dan keselamatan produk, serta memiliki praktik bisnis yang berkomitmen pada kelangsungan hidup perusahaan.

Perusahaan yang praktik bisnisnya merusak lingkungan dan menyusahkan komunitas lokal, produknya merusak masyarakat serta dikelola dengan prinsip ketidak-jujuran, bakalan tidak mendapat tempat. Intinya, socially responsible investment hanya mau berinvestasi pada perusahaan yang memiliki hati dan perbuatan yang bersih dan mulia.

Investasi yang bertanggung jawab sosial dapat dilakukan melalui investor institusional seperti pengelola reksadana, dana pensiun dan asuransi, maupun investor ritel yang memiliki horizon investasi jangka panjang. Prinsipnya adalah investor memberi penghargaan (reward) kepada perusahaan yang dianggap mendukung aspek ESG dalam berbisnis, dan memberikan hukuman (punishment) kepada perusahaan yang tidak mendukung.

Ambil contoh, investor bisa menjalankan fungsi SRI saat proses Initial Public Offering (IPO) dengan menerapkan strategi negative screening. Mereka hanya bersedia membeli saham baru perusahaan yang dianggap menerapkan aspek ESG. Hal ini akan mempengaruhi permintaan atas saham baru perusahaan tersebut, dan kesuksesan hajatan IPO perusahaan tersebut.

Hal ini berlaku juga di pasar sekunder. Sikap investor menghindari perusahaan yang tidak menerapkan aspek ESG akan menekan harga saham, dan membuat saham tidak likuid. Kedua hal ini akan menyulitkan perusahaan publik yang di masa mendatang masih membutuhkan pasar modal sebagai sumber pendanaan ekuitas.

Negative screening bisa dikombinasi dengan strategi positive investing, yakni membeli saham perusahaan yang diyakini memiliki dampak sosial yang positif namun juga memiliki masa depan yang cerah alias sustainable.

Investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat menggunakan indeks harga saham yang mengacu pada tata cara SRI yang diberi nama Indeks SRI-Kehati. Indeks ini diluncurkan 8 Juni 2009 dan terdiri dari 25 saham yang diseleksi berdasarkan berbagai kategori SRI setiap 6 bulan.

Dengan adanya indeks SRI-Kehati, eksposur keberadaan emiten yang sadar lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik di bursa dapat semakin meningkat.

Akhir tahun 2020, BEI meluncurkan indeks Environmental, Social, Governance (IDX ESG) Leaders. Indeks ini terdiri atas 30 saham yang dinilai memiliki penilaian Environmental, Social, and Governance (ESG) yang baik.

Selain itu, emiten di indeks ini tidak terlibat pada kontroversi secara nyata, memiliki likuiditas transaksi, serta kinerja keuangan yang baik. Saham yang masuk di indkes ini antara lain BBCA, BMRI, ASII, INTP, BSDE dan AKRA.

Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kita melupakan analisis fundamental ketika membeli saham yang ada pada Indeks ini. Saham perusahaan yang menerapkan tatacara SRI belum tentu menjadi investasi yang baik jika tidak memberikan imbal hasil yang memadai. Kita bisa menggunakan indeks ini sebagai pijakan awal untuk memilih saham.

Investor, misalnya, bisa menggabung strategi SRI dengan value investing atau growth investing. Kriteria value stock atau growth stock bisa digunakan untuk memilih saham konstituen pada indeks SRI-Kehati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective [Intensive Boothcamp] Financial Statement Analysis

[X]
×