kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
KOLOM /

Menyikapi outlook negatif ekonomi dunia dari IMF


Jumat, 26 Juni 2020 / 16:56 WIB
Menyikapi outlook negatif ekonomi dunia dari IMF
ILUSTRASI. Ellen May, Pengamat Pasar Modal dan pendiri Ellen May Institute.


Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan minus 4,9% di 2020. Proyeksi ini lebih rendah 1,9% dibanding proyeksi yang disampaikan pada World Economic Outlook (WEO) April lalu. 

Pada 2021, pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh 5,4%, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelum Covid-19 melanda di Januari 2020. 

Konsumsi diperkirakan mengalami penurunan akibat lockdown. Di sisi investasi juga diprediksi akan turun, karena perusahaan menahan belanja modal untuk ekspansi di tengah ketidakpastian yang tinggi. 

Ekonomi kelompok negara maju diprediksi akan turun dalam hingga 8% pada 2020. Ekonomi Amerika diprediksi turun 8,0%. Sementara Jepang diprediksi turun 5,8%.

Ekonomi Inggris diprediksi minus 10,2%, Jerman diprediksi minus 7,8% dan Prancis minus 12,5%. Sementara Italia dan Spanyol diprediksi bisa merosot 12,8%. 

Sedangkan di negara ekonomi berkembang, ekonomi diprediksi merosot 3%. Ekonomi negara berpendapatan rendah diprediksi mengalami kontraksi 1% pada tahun ini.

Proyeksi ekonomi Indonesia

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi 0,3% di tahun ini. Proyeksi dari IMF sejalan dengan proyeksi pemerintah, yaitu antara turun 0,4% atau tumbuh 1%. Ini menjadi perhatian untuk ekonomi Indonesia karena ancaman resesi itu nyata.

Presiden Joko Widodo kemarin menyatakan Indonesia sudah mengalami krisis ekonomi dan kesehatan. Jadi perlu ada peningaktan awareness masyarakat terhadap penyebaran Covid-19 di Indonesia yang belum mengalami penurunan. 

Pemerintah melakukan upaya untuk menghindarkan Indonesia dari keterpurukan ekonomi melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pemerintah menganggarkan Rp 641,12 triliun untuk program PEN ini. 

Dana tersebut akan digunakan untuk stimulus konsumsi, subsidi bunga, insentif pajak, subsidi BBM, kompensasi bagi Pertamina dan PLN, hingga tambahan belanja berbagai sektor, seperti sektor wisata dan sektor perumahan. Dana juga disiapkan sebagai cadangan belanja sektoral. 

Kemudian, dana ini juga digunakan untuk dukungan Pemda, kredit modal kerja baru bagi UMKM, PMN, talangan modal kerja dan restrukturisasi kredit UMKM.

Selain itu, pemerintah juga kemarin mengucurkan dana Rp 30 triliun kepada bank BUMN untuk menggerakkan sektor riil. Penempatan dana ini menggunakan sistem deposito dengan bunga 80% dari suku bunga acuan.

Pemerintah juga merevisi APBN 2020. Defisit APBN menjadi Rp 1.039 triliun. Belanja negara meningkat Rp 125,34 triliun menjadi Rp 2.739,16 triliun. 

Peningkatan ini karena adanya tambahan belanja untuk penanganan pandemi COVID-19 sebesar Rp 255,11 triliun. Di sisi pendapatan, pemerintah juga merevisi anggaran menjadi Rp 1.699,95 triliun atau turun Rp 60,93 triliun.

V-shape Recovery 

Kami meyakini IHSG pada kuartal-III mulai recovery dengan bentuk V dan masuk tren bullish dengan target 5.600-5.710 di area resisten MA 200 pada tahun 2020 nanti. 

Kami optimistis dengan gencarnya ujicoba vaksin dan obat untuk penanganan Covid-19 oleh beberapa negara, termasuk Indonesia. Selain itu ada optimisme bangkitnya ekonomi d kuartal-III sejalan dengan dibukanya PSBB. 

Kami menilai lebih baik melakukan trading tapi tidak terlalu agresif untuk jangka pendek, periode Juni-Agustus, selama masa rilis data ekonomi dan emiten di kuartal II. Pembelian agresif bisa dimulai di kuartal III dengan tetap memperhatikan risiko. 

IHSG kemarin ditutup pada level 4.904,09, naik 0,15%. IHSG akan cenderung bergerak mixed dengan range 4.800-5.000 dalam jangka pendek. Waspada terhadap resistance kuat di level 5.000. 

Pergerakan IHSG masih terbatas, serta ada potensi koreksi, khususnya di semester dua, terkait rilis data ekonomi dan kinerja emiten yang akan terdampak pandemi. 

Tekanan IHSG ini bisa menjadi peluang untuk mengakumulasi saham-saham yang sudah terdiskon dengan fundamental yang baik dan tetap memperhatikan money management

Untuk alokasi saham investasi maksimal lima saham masing-masing 20% dari total portofolio. Masing-masing per saham boleh beli total 5% dari modal per saham, alias 1% dari total modal di portofolio. 

Ingin tahu di mana saja peluang dan saham-saham potensial di IHSG saat ini? Temukan jawabannya di aplikasi EMTrade!

Salam profit.

Disclaimer:

Setiap pembahasan saham dalam artikel ini bersifat sebagai referensi / bahan pertimbangan, dan bukan merupakan perintah beli / jual. Setiap keuntungan dan kerugian menjadi tanggung jawab dari pelaku pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×